Senin, 07 April 2014

Contoh Rangkuman Materi Agama Hindu

RANGKUMAN MATERI MATA KULIAH UMUM AGAMA HINDU
(Makalah Agama Hindu)


Oleh:
Ni Kadek Yulianingsih
1313042054



  

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2013





KATA PENGANTAR

Om Swastyastu

Puja dan Puji Syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa / Ida Sang Hyang Widhi Wasa, karena atas Asung Kertha Wara NugrahanNya rangkuman seluruh materi Mata Kuliah Umum Agama Hindu ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Penulisan makalah ini merupakan tugas pengganti Ujian Akhir Semester mata kuliah umum Agama Hindu. Dalam penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan ingatan yang dimiliki penulis. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak.

Semoga makalah ini bermamfaat untuk para pembaca.

Om Santih, Santih, Santih Om



Bandar Lampung, 17 Desember 2013

                                                                                                           
                                                                                               
                                                          Penulis




DAFTAR ISI


COVER..........................................................................................................   1
KATA PENGANTAR...................................................................................   2
DAFTAR ISI.................................................................................................   3

I. ISI
1.1 Cara Mengajegkan Dharma........................................................................  4
1.2 Pentingnya Yoga........................................................................................  6
1.3 Agama sebagai Pegangan pada Kali Yuga..................................................  9
1.4 9 Bhakti dalam Agama Hindu dan Meditasi................................................ 10
1.5 Puja Nawa Ratri........................................................................................ 11
1.6 Hukuman Bagi Orang yang Meninggalkan Agama Hindu...... ...................... 12
1.7 Mewujudkan Putra Suputra Berdasarkan Weda......................................... 13
1.8 Urutan Pelaksanaan Homa Yajna............................................................... 14
1.9 6 Judul Besar Dharmawacana...................................................................  14
2.0 2 Judul Besar...........................................................................................   17

II. PENUTUP
2.1 Kesimpulan..............................................................................................   19
2.2 Saran.......................................................................................................   19

DAFTAR PUSTAKA




I. ISI

Perkuliahan perdana mata kuliah umum Agama Hindu dimulai pada tanggal 30 Agustus 2013, di buka oleh Bapak Drs. Nengah Maharta, M.Si selaku salah satu dosen mata kuliah tersebut di Universitas Lampung. Pada hari itu Beliau memperkenalkan seluruh asisten Beliau yang nantinya akan membimbing kami selama perkuliahan berlangsung. Pembentukan kelompok asisten dosen menjadi sebelas kelompok juga dilakukan pada hari itu. Masing-masing kelompok dibimbing oleh 1 asisten. Penulis sendiri masuk ke kelompok terakhir yaitu kelompok 11 dengan asisten dosen adalah Ni Wayan Novita Sari.
1.1  Pada minggu pertama perkuliahan dan minggu kedua yaitu tanggal 6 September 2013, Beliau menerangkan materi yang berjudul Cara Mengajegkan Dharma. Beliau menyampaikan bahwa sesungguhnya sebelum kita lahir ke dunia kita sangat menderita berada di dalam kandungan sang ibu, kita tersiksa karena tertekan dan terjepit leher rahim ibu. Kalau bisa memilih kita tidak ingin lahir kembali ke dunia. Saat di dalam kandungan, kita dapat melihat kehidupan kita di masa lalu, melihat perbuatan dosa apa saja yang telah kita lakukan dulu. Kita yang tidak taat bersembahyang, kita yang tidak melakukan penebusan dosa bila melakukan kesalahan, kita yang tidak menjadi penyembah yang taat dan yakin, kita yang tidak mencari guru untuk meningkatkan spiritual dan kita yang tidak melakukan memadamkan sifat jahat yang ada dalam diri kita. Kita sangat menyesal pada saat itu, sehingga kita berjanji di dalam kandungan bahwa saat kita lahir nanti kita akan:
1     Kita akan melakukan sankhya yoga
2    Kita akan selalu mencari perlindungan kepada para Leluhur, para Dewa, dan Hyang Widhi.
3    Kita akan  taat bersembahyang.
4   Kita akan selalu melakukan penebusan dosa setiap ada kesalahan dan tidak akan mengulangi lagi kesalahan yang pernah saya lakukan.
5    Kita akan menjadi penyembah yang taat/yakin.
Setelah kita lahir, nyatanya kita lupa dengan apa yang kita alami selama berada di dalam kandungan. Kita lupa dengan janji yang telah kita ucapkan dulu. Untuk itu perlu dilakukan upacara dan pemberian pendidikan agama yang baik agar kita tidak menjadi manusia yang menyerupai raksasa, suka marah, suka melawan, terlalu bernafsu, ambisius, sombong, rakus, mau menang sendiri, tidak mau disalahkan, cepat tersinggung, pemabuk, penjudi, tidak suka dengan agama (danawa) dan seperti binatang, pemalas, ingin hidup enak, tidak mau tahu urusan orang lain (kasuwu). Jika setelah lahir kita diupacarakan dan mendapat pendidikan agama yang cukup maka kita akan menjadi manusia yang manawa yaitu manusia yang arif bijaksana, dan dapat membedakan mana yan baik dan mana yang tidak. Setelah kita memasuki tahapn bhiksuka dalam catur asrama maka kita akan mampu mempunyai sifat Dewa atau Madawa. Untuk itu kita perlu di didik dan diingatkan agar kita selalu berada di jalan dharma. Dalam kitab Wraspati Tattwa, 25.7, dalam Swastikarana (Buku pedoman beragama Hindu yang dikeluarkan Parisada Pusat tahun 2013) ada 7 cara pengendalian diri agar dharma kita ajeg. Berikut adalah bagian-bagian serta penjelasannya,
  1. Sila  artinya mangraksa melakukan kebiasaan-kebiasaan baik/rahayu.
  2. Yajña contohnya adalah dengan melakukan agni homa.
  3. Tapa artinya umatin indryania atau secara terus menerus menahan diri dari hal-hal yang tidak baik/buruk.
  4. Dana artinya paweweh atau membangun sifat suka memberi.
  5. Prawrajya artinya wiku ansaka atau harus ada brahmana sista/acaria untuk menyebarkan jnana (ilmu pengetahuan suci).
  6. Bhiksu artinya diksa atau pensucian.
  7. Yoga artinya magawe samadhi atau menyeimbangkan budi kita.
Sedangkan untuk menepati janji yang pernah kita ucapkan saat berada di dalam kandungan, kita perlu:

1.  Selalu berbuat baik dan benar.
2.  Selalu melakukan bhakti.
3.  Mencari pengetahuan suci atau spiritual dengan cara berguru.
4. Selalu melakukan tapa atau pengendalian/menahan diri terhadap sesuatu yang tidak baik.
5.  Melakukan brata (menahan hawa nafsu, khususnya nafsu untuk makan dan minum).
6.  Melakukan pensucian-pensucian.
7. Melakukan yoga suryanamaskar saat subuh dan yoga asanas sewaktu-waktu.
8. Selalu mendapatkan sentuhan dari orang-orang suci.
9. Melakukan upakara dan upacara.
Menurut Beliau, dengan taat melakukan sadhana di atas, maka kita akan mampu menyelamatkan diri sendiri dari kelahiran kembali (samsara) dan mampu menyelamatkan leluhur sampai 10 tingkatan dan menyelamatkan keturunan sampai 10 tingkatan.
Selain itu, Beliau juga menjelaskan tentang 4 pilar menegakkan Dharma. Empat pilar itu adalah spiritual, ilmu pengetahuan, kesehatan dan artha/harta. Paa saat itu dijelaskan bahwa apabila kita memilki spiritual maka kita akan lebih mudah mencapai kedamaian atau oksa, sedangkan apabila kita memiliki ilmu pengetahuan, kesehatan dan harta kita hanya akan bahagia di dunia itu artinya tidak kekal abadi. Ada baiknya untuk kita selain memiliki ilmu pengetahuan, kesehatan dan harta, kita juga memiliki spiritual yang cukup untuk bisa mencapai kedamaian yang kekal abadi atau moksa.
1.2 Minggu ke 4 yaitu Jumat, 20 September 2013, perkuliahan diisi oleh Bapak sendiri. Pada saat itu, Beliau memulai dengan menyebutkan apa saja tindakan tepat yang sepatutnya kita laksanakan untuk mencapai syurga, ada Atma, Bhakti, Jnana dan Yoga. Poin yang keempat adalah materi yang Beliau jelaskan pada minggu ke empat ini, dengan judul Pentingnya Yoga. Beliau menjelaskan 3 macam yoga, bagian-bagiannya, serta mamfaat yang kita peroleh jika kita melakukan yoga. Berikut adalah penjelasannya,

1.      Pranayama
Pranayama atau latihan pernapasan, prana artinya napas sedangkan ayam artinya panjang. Pranayama adalah pengendalian hawa panas dengan pengaturan napas untuk mendapatkan energi dari alam guna membersihkan bagian dalam tubuh dengan memasukkan energi positif dan mengeluarkan energi negatif.
Saat melakukan pranayama, ada 3 teknik bandha (menahan dan mengencangkan) yang harus dilakukan:
1.      Jalandhara Bandha
Dilakukan dengan cara menarik prana (napas) kemudian tahan prana dengan menundukkan kepala ke bawah, sehingga menutup saluran tenggorokan.
2.      Uddyana Bandha
Dilakukan dengan cara menarik perut ke dalam saat menarik prana, saat menahan prana.
3.      Mula Bandha
Dilakukan dengan cara menutup otot anus dan organ reproduksi.

Melakukan 3 bandha ini merupakan kunci dari keberhasilan kita melakukan pranayama. Jika kita tidak melakukan teknik bandha pada saat pranayaa maka kita tidak akan memdapat mamfaat dari gerakan pranayama. Berikut adalah mamfaat dari pranayama:

1.      Meningkatkan vitalitas
Saat melakukan pernapasan dalam, paru-paru akan mendapat banyak oksigen, oksigen ini akan mengalir ke setiap sel tubuh.
Dengan oksigen yang cukup maka jaringan dan organ-organ tubuh akan menambah energi vitalitasnya.
2.      Memijat jantung
Saat melakukan pernapasan secara teratur jantung akan menerima pijatan, membuka sumbatan-sumbatan, memperlancar aliran darah ke jantung dan akan meringankan kerja jantung. Secara perlahan akan dapat memperbaiki penyakit jantung.
3.      Membersihkan racun dalam tubuh.
Saat menarik napas, diafragma menekan ke bawah yang akan memberikan rangsangan pada gerak peristaltik dari usus untuk membersihkan sisa-sisa makanan dalam usus.
4.      Menenangkan pikiran.
Saat mempraktekkan pernapasan dalam secara teratur dan sadar (berkonsentrasi), maka frekuensi gelombang otak akan pelan dan teratur, hal ini menunjang aktivitas sel dan organ tubuh menjadi singkron dan merangsang pengeluaran antibodi yang bekerja untuk melawan berbagai macam penyakit serta merangsang pengeluaran hormon yang bermanfaat untuk menenangkan saraf dan pikiran.

Saat menjelaskan bentuk-bentuk yoga pranayama, beliau juga menjelaskan teknik serta mamfaatnya. Berikut adalah bentuk yoga pranayama:
1.      Abhyantar Pranayama
2.      Bahyantar Pranayama
3.      Surya Bhedi Pranayama
4.      Anulom Vilom Pranayama
5.      Bhastrika Pranayama
6.      Kapal Bhati
7.      Bhamari Pranayama

1.      Suryanamaskara
Suryanamaskara adalah pemujaan kepada dewa surya dengan 12 doa dan 12 gerakan. Dan suryanamaskara merupakan gerak yang berkesinambungan artinya gerakan tidak putus-putus, dan juga tidak berubah tepat artinya dimana kita memulai gerakan suryanamasara disitu juga akan selesai ke 12 gerakan suryanaskara tersebut.
Langkah-langkah suryanamaskar:
1.      Pranamasana
Gerakan berdiri tegak dengan kedua tangan tercangkup di depan dada (sikap berdoa). Gerakan dengan doa Om Mitra ya namah ini berkonsentrasi pada Anahata cakra atau hati. Gerakan ini bermamfaat untuk memperbaiki keseimbangan tubuh dan meningkatkan vitalitas.
2.      Hasta Uttanasana
Gerakan dengan membawa kedua tangan yang tercangkup melengkung kebelakang hingga kedua lengan menyentuh telingga dan tulang punggung melengkung ke belakang (menarik lengan ke atas kepala) ini berkonsentrasi pada Visuddi Cakra atau tenggorokan. Gerakan ini dilakukan sembari mengucapkan doa Om Ravaye Namah dan bermamfaat untuk melatih kelenturan tulang belakang dan menstimulasi sistem saraf yang berada di tulang belakang dan leher.
3.      Padahastasana
Gerakan membungkukkan tubuh dengan posisi telapak tangan yang masih tercangkup di bawa hingga menyentuh lantai pada ketua kaki yang sejajar dengan lengan. Gerakan ini berkonsentrasi pada Svadhistahana Cakra atau di bawah pusar dengan doa Om Surya ya Namah dan bermamfaat untuk memanjangkan tulang punggung, melatih otot rusuk, dan memperindah bentuk kaki.
4.      Asva Sancalasana
Gerakan seperti menunggang kuda ini berkonsentrasi pada Ajna Cakra atau kening, dilakukan sembari mengucap doa Om Banawe ya Namah dan bermamfaat untuk meregangkan paha atas, memperindah bokong, dan memijat organ dalam untuk mendorong sistem pembuangan.
5.      Adho Mukha Svanasana
Gerakan seperti gunung ini berkonsentrasi pada Visuddi Cakra, dilakukan sembari mengucap doa Om Khaga ya Namah, dan bermamfaat untuk melemaskan otot leher dan bahu, meregangkan urat paha hingga betis, melatih dan menguatkan seluruh tubuh, merangsang gerak paristaltik dari usus, dan menstimulasi aliran darah ke otak.
6.      Chaturanga Dandasana
Gerakan telungkup dengan tangan berada di samping dada, seperti papan sejajar tetapi hanya dagu, dada, lutut dan ujung kaki saja yang menyentuh lantai ini berkonsentrasi pada Manipura Cakra. Dilakukan sembari mengucap doa Om Pusne ya Namah ini bermamfaat untuk menguatkan kedua pergelangan tangan dan otot bahu, dan mengencangkan otot perut.
7.      Bujanggasana
Gerakan yang menyerupai ular kobra ini berkonsentrasi pada Visuddi Cakra atau tenggorokan, diucapkan dengan doa Om Hiranyagarbha ya Namah dan bermamfaat untuk melatih dan menguatkan tulang belakang, dasar tulang panggul dan otot pinggang serta otot perut, menstimulasi sistem pencernaan dan memperlancarkan sistem ginjal.
8.      Adho Mukha Svanasana
Gerakan ini sama seperti gerakan ke-5 hanya saja memiliki doa yang berbeda yaitu Om Marica ya Namah. Memiliki mamfaat yang sama.
9.      Asva Sancalasana
Gerakan ini mirip gerakan ke-4 hanya berbeda pada kaki yang ditarik ke belakang. Gerakan ke-4 kaki kiri yang ditarik ke belakang sedangkan untuk gerakan ke-9 ini kaki kanan yang ditarik ke belakang. Gerakan ini memiliki doa Om Aditya ya Namah dan memiliki mamfaat yang sama dengan gerakan ke-4.
10.  Padahastasana
Geraan ini sama persis dengan gerakan ke-3, memiliki konsentrasi dan mamfaat yang sama, dengan doa Om Savitre ya Namah.
11.  Hastasa Uttanasana
Gerakan ini sama persis dengan gerakan ke-2 hanya saja dilakukan dengan doa yang berbeda yaitu Om Arka ya Namah. 
12.  Pranamasana
Gerakan ini sama dengan gerakan pertama, memiliki konsentrasi yang sama, mamfaat yang sama, hanya berbeda pada doa saat melakukan gerakan ini yaitu Om Bhaskara ya Namah.

2.      Asanas
Asanas ada 4 posisi yaitu posisi berdiri, posisi duduk, posisi tidur dan posisi telungkup.
1.      Posisi Berdiri
Asanas posisi berdiri dilakukan berdiri. Ada 8 gerakan yaitu, Tadasana, Trikonasana, Vimanasa, Pascimottanasana, Dhruvasana, Siwa Natarajasana, Ekapada Angustasana, dan Garusasana.
2.      Posisi Duduk
Asanas posisi duduk dilakukan dengan posisi duduk. Ada 8 gerakan asanas posisi duduk yaitu, Pascimottanasana, Gomukhasana, Ardha Matsyendriyasana, Akarnadhanurasana, Vajrasana, Ustrasana, Padmasana, dan Brahmacaryasana.
3.      Posisi Tidur
Asanas posisi tidur dilakukan dengan posisi tidur atau terlentang. Ada 5 gerakan yaitu, Uttanapadasana, Sarwangasana, Halasana, Pavanmuktasana, dan Cakrasana.
4.      Posisi Telungkup
Asanas posisi telungkup dilakukan dengan posisi telungkup. Ada 5 gerakan pula yaitu, Makarasana, Salabhasana, Sarpasana, Bhujangasana, dan Dhanurasana.

Yang terakhir adalah Asanas Sawasana (Relaksasi). Sawasana dilakukan setelah semua gerakan asanas selesai dilakukan, dengan tidur senyaman mungkin melepaskan ketegangan. Posisi kaki sejajar bahu, telapak tangan menghadap ke atas, tubuh dalam keadaan diam. Setelah tubuh merasa rileks, mulailah keluarkan semua energi negatif dari kepala sampai kaki dan menerima energi positif ke dalam tubuh.
Gerakan ini bermamfaat untuk mengendurkan seluruh bagian tubuh kita secara fisik dan psikologis. Savasana dapat mengatasi masalah-masalah ketegangan otot, susah tidur, dan baik untuk kita yang tidak bisa mengendalikan pikiran.

1.3 Minggu ke-5 yaitu pada Jumat, 27 September 2013, perkuliahan masih diisi oeh Bapak yang menjelaskan materi tentang jaman-jaman dalam Agama Hindu dengan judul Agama Sebagai Pegangan pada Kali Yuga. Beliau memulai materi dengan menyampaikan 4 jaman dalam Agama Hindu beserta ciri-iri dari jaman itu sendiri. Berikut penjelsannya:
Kerta Yuga
Jaman Kerta Yuga merupakan jaman yang pertama ada, memiliki ciri-ciri lamanya jaman 1.440.000 juta tahun, pada jaman ini hanya ada kebaikan (100%) tidak ada kejahatan, manusia dan hewan sederajat dengan para Dewa, Dharma diajarkan melalui Sruti dan semadi atau meditsi adalah hal yang diutamakan.
Tetra Yuga
Jaman kedua ini memiliki ciri-ciri lamanya jaman 1.080.000 juta tahun, manusia dan hewan tidak lagi sederajat dengan para Dewa, persentase kebaikan 75% dan kejahatan 25%, Dharma diajarkan melalui Smerti, dan ilmu pengetahuan yang dimuliakan oleh manusia.
Dwapara Yuga
Jaman ini merupakan jaman yang ketiga dala Hindu memiliki ciri-ciri lamanya jaman 720.000 juta tahun, persentase kebaikan 50% dan kejahatan 50% (seimbang), Dharma diajarkan melalui Purusa dan Itihasa, dan manusia banyak yang melakukan yajna untuk kemakmuran dunia. Jaman ini merupakan jaman dimana Krisna menurunkan kita suci ke-5.
Kali Yuga
Jaman ini merupakan jaman terakhir dalam Hindu memiliki ciri-ciri lamanya jaman 360.000, Dharma diajarkan melalui Agama, diperkirakan ada 3 kitab suci, persentase kebaikan 25% sedangkan kejahatan 75%. Jaman ini ditandai dengan banyaknya pertengkaran, keserakahan, kepalsuan yang dapat mengakibatkan malapetaka. Banyak godaan pada jaman ini karena ada 75% manusia yang tidak mengindahkan kebenaran abadi (Sanatana Dharma).
Sedangkan saat ini kita hidup pada jaman terakhir yaitu Kali Yuga, yang artinya banyak sekali orang-orang yang tidak mengindahkan kebenaran di lingkungan kita. Untuk kita perlu tahu apa itu agama sehingga kita tidak termasuk ke dalam golongan 75% pada jaman ini. Pada saat itu Beliau juga menerangkan apa itu agama. Agama adalah Satya, Rta, Diksa, Brahma, Yajna, dan Tapa.
1.4 Minggu ke-6 yaitu pada Jumat, 4 Oktober 2013 dan minggu ke-7 yaitu 12 Oktober 2013 perkuliahan disi oleh Ibu Ni Wayan Seruni, AP, BBA, S.Ag, M.Si salah satu dosen mata kuliah umum Agama Hindu Universitas Lampung juga. Beliau menjelaskan materi yang berjudul 9 Bhakti dalam Agama Hindu dan Meditasi. Berikut adalah materi yang penulis peroleh dari penjelasan Beliau,

1. 9 Bhakti dalam Agama Hindu
1.              Srawana : mendengarkan wacana.
2.              Kirtanam : menghafal dan menyenandungkan lagu-lagu suci.
3.              Smaranam : mengingat dengan berjapa.
4.              Arcanam : berbakti dengan menggunakan media seperti gambar atau arca.
5.              Wandanam : membaca kitab atau cerita-cerita suci.
6.              Dasyam : mengabdi atau melayani Brahman melalui upakara.
7.              Padasevanam : berbakti dengan sujud.
8.              Sakyanam: berbakti dengan cara bersahabat dengan Brahman.
9.              Atmanivadanam : menyerahkan diri sepenuhnya kepada Brahman.
2. Meditasi
Meditasi merupakan suatu proses pemusatan pikiran yang menyebar menjadi suatu perhatian yang dilakukan secara sadar penuh keinsafan, dan tanpa paksaan. Mamfaat dari melakukan meditasi adalah untuk bertambahnya kekuatan pikiran  agar menjadi lebih sehat jasmani dan sehat rohani yang pada akhirnya dapat bersatu dengan Brahman, dan bukan untuk mencari kesaktian.
Berikut adalah mamfaat khusus dari melakukan meditasi:
1. Seluruh cakra-cakra dengan sendirinya diaktifkan
2. Energi negatif tubuh dibersihkan
3. Kemampuan cakra ajna mata batin meningkat
4. Penyaluran energi akan berlipat ganda
5. Mampu mengendalikan emosi
6. Penyembuhan diri sendiri terhadap luka batin dan fisik.
Doa Meditasi
Dhyānamūlam gurur mūrtim,
Pūjā mūlam gurur padam,
Mantram mūlam gurur vākyam,
Moksa mūlam gurur kripa,
Om śhri gurawe namaha Om….

1.5 Minggu ke-8 yaitu pada Jumat, 18 Oktober 2013 perkuliahan diisi orang Bapak yang menjelaskan tentang apa saja yang seharusnya kita laksanakan 9 hari menuju hari raya Kuningan dengan judul Puja Nawa Ratri. Berikut adalah penjelasan Beliau:
Pada Kali Yuga ini pemujaan kepada Para Dewa akan lebih mudah dicapai, apabila dilakukan melalui saktinya. Oleh karena itu, pemujaan saat Nawa Ratri adalah pemujaan kepada Para Dewa melalui saktinya. Dewa Siwa saktinya Dewi Durga, Dewa Wisnu saktinya Dewi Lakshmi, Dewa Brahma saktinya Dewi Saraswati. Hal itu karena kisah pada awal Kali Yuga ketika ketiga alam yaitu Bhur Bhuwah  dan Swah dikuasai oleh Para Asura/raksasa, Para Dewa meminta saktinya untuk melawan Asura. Akhirnya Asura pun dikalahkan oleh Dewi Kali saktinya Dewa Siwa.
1.      Tiga hari pertama setelah hari raya Galungan yaitu Kamis, Jumat, dan Sabtu pemujaan ditujukan kepada saktinya Dewa Siwa yaitu Dewi Dhurga dengan melantunkan Gayatri Dhurga sebanyak 9 kali dan dilanjutkan dengan japa sebanyak 108 kali. Pemujaan ini dilaksanakan di Pura Dalem.
2.      Tiga hari berikutnya yaitu Minggu, Senin dan Selasa pemujaan ditujukan kepada saktinya Dewa Wisnu yaitu Dewi Laksmi. Gayatri Laksmi dilantunkan sebanyak 16 kali dan japa dilanjutkan sebanyak 108 kali. Pemujaan ini dilksanakan di Pura Puseh.
3.      Tiga hari terakhir yaitu Rabu Kamis dan Jumat pemujaan ditujukan kepada saktinya Dewa Brahma yaitu Dewi Saraswati. Gayatri Saraswati dilanjutkan sebanyak 8 kali dan japa sebanyak 108 kali. Pemujaan ini dilaksanakan di Pura Desa.
4.       Hari raya Galungan yang jatuh 10 hari setelah hari raya Galungan merupakan puncak dari hari raya Galungan itu sendiri. Pada hari itu pemujaan ditujukan kepada Dewi Ganesa, Dewi Durga, Dewi Lakshmi, Dewi Saraswati, Dewa Siwa, Dewa Wisnu, Dewa Brahma, dan Ista Dewata lainnya. Terakhir memuja Leluhur, sekaligus merayakan Kuningan (hari Sraddha) yaitu hari memperingati dan mempersembahkan sesaji kepada leluhur. Padhasewanam atau sujud di kedua kaki orangtua dengan tujuan meminta maaf kepada kedua orang tua karena dari sejak dalam kandungan sampai sekarang kita dipelihara, dibesarkan, dan didik juga dilakukan pada hari raya Kuningan.

1.6 Minggu ke-9 yaitu pada Jumat, 25 Oktober 2103 perkuliahan di isi oleh beberapa asisten dosen karena Bapak atau Ibu berhalangan untuk hadir. Pada hari itu membentuk kami menjadi 3 kelompok yang kemudian diberikan materi yang harus kami bahas kemudian dipersentasikan. Kelompok 1 mendiskusikan materi yang berjudul Mewujudkan Putra Suputra Berdasarkan Weda, kelompok 2 memdiskusikan materi yang berjudul Agama Harus Dijalani Secara Ketat dan Lahir Hingga Ajal Tiba dan kelompok 3 membahas materi yang berjudul Hukuman Bagi Orang yang Meninggalkan Agama Hindu. Sedangkan penulis sendiri masuk ke kelompok 3. Berikut adalah hasil diskusi dari kelompok3, Hukuman Bagi Orang yang Meninggalkan Agama Hindu ada 3 yaitu:
1. Setelah ajal tiba atman kita tidak akan ketemu jalan menuju Swarga Loka (Bhagawad Gita III, 35)
Sejak atman kita diciptakan oleh Brahman, kita telah beragam Hindu. Karena kita lahir berulang-ulang maka karma wasana kita sudah puluhan ribu. Nah jika kita yang sudah memiliki karma wasana banyak pindah agama maka karma wasana kita tidak berlaku pada agama yang lain, walaupun dilakukan dengan disiplin sehingga atma kita nanti akan gentayangan karena tidak tau jalan.
2.      Tidak akan pernah mencapai kebahagiaan, kesempurnaan, dan tujuan tertinggi yaitu moksa
Tercantum dalam Bhagawad Gita XVI, 23 maksud dari mantram ini adalah agar kita jangan meninggalkan kitab suci Weda, hanya karena menuruti napsu (kama) jika terjadi maka kita tidak akan pernah selamat.


3.      Atman kita akan tenggelam ke lembah neraka
Tercantum dalam Manawa Dharmasatra VI.35 jika kita pindah agama, sedangkan sebelumnya sedang membayar tiga macam hutang. Jika kita belum menyelesaikan itu maka saat kita tiada kita akan tenggelam ke lembah neraka.
Contoh:
Saat orang tuanya meninggal, ia dilarang mendatangi upacara kematian itu atau mendoakan orang tuanya karena jika ia melakukan itu maka akan menghambat jalannya atman orang tuanya menuju alam leluhur dan alam Para Dewa.

1.7 Minggu ke-10 yaitu 1 November 2013 pekuliahan diisi oleh Bapak yang menyampaikan materi dengan berjudul Mewujudkan Putra Suputra Berdasarkan Weda. Pada saat itu Beliau menjelaskan tentang apa saja yang perlu diperhatikan dalam mencari pasangan, dan upacara pranatal.
1. Hal yang perlu diperhatikan dalam mencari pasangan:
1. Warna adalah status atau pekerjaan.
2. Vashya adalah cinta, daya tarik dan kasih sayang
3. Tara adalah kesehatan
4. Yoni adalah cantik atau tampan
5. Graha Maitri adalah intelektual dan spiritual
6. Guna adalah Karakter dan tabiat
7. Bhakut adalah Kesejahteraan keluarga
8. Nadi adalah penampilan luar yang agamis

2.  Upacara Pranatal
1.  Upacara Garbhadhana
Upacara garbhadhana adalah upacara pembuahan/penghamilan, memohon benih yang baik kepada para Dewata dan dilakukan antara hari ke 4-16 setelah pawiwahan, 4 hari setelah hari menstruasi ata setelah hari ke-5 sampai 12.
2.  Upacara mohon Putra Suputra
Upacara ini disebut dengan “Prajapatya” yaitu upacara memohon kepada para Dewata di Swargan untuk berkenan menurunkan putra yang suputra.

1.8 Minggu ke-11 yaitu pada Jumat, 15 November 2013 perkuliahan diisi oleh Bapak yang menjelaskan tentang Agni Homa dengan judul Urutan Pelaksanaan Homa Yajna. Berikut adalah urutannya:
1.  Menyiapkan Kunda, Yoni dan Persembahan
2.  Memasang kayu api pada Kunda atau tungku
3.  Homa Yajna dan mantramnya
Pada Homa Yajna dan mantramnya, kegiatan dimulai lagi dengan urutan penyucian semua peserta atau pengelukatan, penyucian diri sendiri, penyalaan dupa, dan penyucian alat-alat seperti sangka kala dan genta. Barulah pemujaan dimulai dengan yang pertama dilakukan adalah puja altar, selanjutnya persembahan air, penyalaan api, pemercikan tirta, Pranava Omkara 21 kali hingga pengucapan mantram puja Puja Ganesha, Puja Agni, Puja 8 Dewa Penjuru Mata Angin, Gayatri Matram, Gurur Mantram, Mantram Kesejahteraan, Menghaturkan Persembahan Panca, dan Bhuta Yajna. Setelah itu pemercikan tirta dan persembahan dari peserta, penyempurnaan pelaksanaan Homa, Astaka Mahalaksmi, mantram penutup, bersadhana yang baik dan benar dan terakhir ada sujud dengan mengucapkan “Om Tat Sat”.

1.9 Minggu ke-12 yaitu pada Jumat, 30 November 2013 dan minggu ke-13 yaitu pada Jumat, 6 Desember 2013 perkuliahan diisi oleh Bapak yang  menjelaskan materi dengan enam judul besar Dharmawacana, yaitu:
1.  Patut di Renungkan dalam Hidup pada Kali Yuga
Kitab Suci Sarasmuscaya sloka 4 menjelaskan bahwa hidup ini adalah kesempatan kita untuk berbuat baik. Di jaman Kali ini, 75% orang tidak mengindahkan perbuatan baik, umur manusia pendek, hendaknya kita mamfaatkan hidup dengan melakukan perbuatan baik dan bermamfaat. Selain itu kita juga harus merenungkan 6 kelemahan kita, yaitu:
1.    Janma
Janma artinya penjelmaan kembali menjadi manusia. Penjelmaan ini merupakan kesempatan untuk kita berbuat baik, memperbaiki ksesalahan kita di kehidupan sebelumnya. Mengisi hidup dengan berbuat baik dan menghindari perbuatan tidak baik inilah yang hendaknya selalu direnungkan.
2.    Mati
Setiap mahluk hidup yang pernah dilahirkan pasti akan mengalami kematian. Tetapi mahluk hidup sendiri tidak tahu kapan kematiannya, untuk itu hendaknya direnungkan janganlah menunda-nunda melakukan perbuatan baik sesuai dengan ajaran agama Hindu. Abadikanlah hidup ini dengan meninggalkan perbuatan baik berdasarkan dharma, demi tegaknya dharma.
3. Umur Tua
Jika kita sudah berumur kesempatan kita untuk berbuat baik berkurang karena kurangnya stamina. Untuk itu perlu direnungkan, sebelum kita memasuki umur tua kita perlu berbuat baik dan menjalankan kehidupan sesuai dengan dharma sehingga tua nanti kita tidak menyesal telah menyia-nyiakan hidup.
4. Sakit
Selain umur tua, sakit juga merupakan salah satu penyebab kurangnya kesempatan kita untuk berbuat baik. Selama kita masih sehat, gunakanlah kesempatan ini untuk selalu berbuat baik. Jadi perlu direnungkan, bagaimana cara mengatur hidup agar kita terhindar dari penyakit dan selalu sehat.
5. Sedih
Saat sedih kita kadang sulit untuk memamfaatkan kehidupan semaksimal mungkin, termasuk untuk berbuat baik. Renungknlah bagaimana agar kita memiliki mental yang kuat sehingga tidak mudah bersedih.
6. Dosa
Dosa merupakan hasil dari perbuatan yang melanggar dharma, sedangkan perbuatan yang melanggar dharma adalah perbuatan yang dapat menghantarkan kita menuju ke neraka. Perlu direnungkan bagaimana agar kita terhindar dari dosa.
2.  Puasa Ekadasi dapat Meningkatkan Spiritual dan Kesehatan
Ada dua macam puasa, yaitu puasa agama dan puasa ilmiah (ratio). Puasa agama dilakukan dengan maksud untuk menyucikan rohani agar lebih mudah memusatkan pikiran saat mendekatkan diri kehadapan Brahman. Sedangkan puasa ilmiah dilakukan untuk membersihkan tubuh, dengan membuang racun-racun sebagai penyebab utama penyakit dalam tubuh. Puasa ekadasi termasuk ke dalam puasa ilmiah karena dimaksudkan untuk memberi waktu istirahat pada alat-alat pencernaan tubuh yang artinya untuk meningkatkan kesehatan jasmani. Puasa ekadasi jatuh pada hari kesebelah sebelum hari purnama dan tilem. Puasa ekadasi juga berguna untuk meningkatkan spiritual.
3. Makanan sebagai Amanat Suci untuk Meningkatkan Spiritual
Dalam ajaran agama, kita harus makan secara teratur waktunya tanpa menunggu perut harus lapar. Perut harus diisi dengan makanan separuhnya, ¼ bagian diisi air, dan ¼ bagian lagi disisakan sebagai ruang kosong. Jenis makananpun harus disesuaikan dengan kebutuhan tubuh. Makanan yang kita konsumsi, hendaknya dapat meningkatkan sifat satwan, sehingga cepat dapat meningkatkan spiritual. Berikut adalah makanan yang dapat mempengaruhi sifat kita dan dapat meningkatkan spiritual:
1.    Makanan Prasadam
Makanan prasadam adalah makanan yang terlebih dahulu dipersembahkan kepada Hyang Widhi. Agar makanan yang kita makan berupa prasadam, maka panjatkanlah doa terlebih dahulu. Mendisiplinkan diri dengan hanya memakan prasadam, dapat menjauhkan diri dari segala dosa, dan secara perlahan-lahan dapat menyucikan diri.
2. Makanan Satvika, Rajasika, dan Tamasika
Sifat-sifat yang dimiliki oleh seseorang, tidak hanya dipengaruhi oleh faktor bawaan, dan faktor lingkungan, tetapi dapat juga dipengaruhi oleh jenis makanan yang dikonsumsi. Dalam kitab suci Veda “Bhagawadgita”, makanan dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis, yaitu :

1.    Makanan Satwika
Makanan jenis satwika adalah makanan yang dapat menimbulkan sifat baik, seperti Susu, kacang-kacangan, umbi-umbian (wortel, kentang, ubi, jahe kering), beras/gandum/jagung, semua jenis buah, air dan daging kelapa muda, sayur-sayuran berdaun hijau,  kol kembang, gula, madu.
2.    Makanan Rajasika
Makanan jenis rajasika adalah makanan yang dapat menyebabkan sifat kenafsuan dan aktid. Seperti daging putih, ikan, unggas, telor, kopi, teh, gorengan, terong, ketimun, gula putih, makanan terlalu pedas, keras, asin, pahit, asem, manis, kering.
3.    Makanan Tamasika
Makanan jenis tamasika yaitu makanan yang dapat menyebabkan sifat kebodohan atau kegelapan, seperti daging lembu, daging babi, bawang, ganja, alcohol, makanan (tidak segar, setengah mentah, dimasak dua kali).

Dari penjelasan di atas kita tahu bahwa makanan yang baik untuk kita konsumsi adalah makanan satwika, yaitu makanan yang meninggikan hidup, tenaga, kekuatan, kesehatan, kebahagiaan, dan suka cita.
4.  Menjaga Kesucian Diri
Di jaman Kali ini banyak selaku orang yang tidak mengindahkan dharma, ereka hidup hanya untuk mengejar hartaa dan kekuasaan. Jika kita tidak berhati-hati besar kemungkinan kita ikut terjerumus bersama mereka ke lembah neraka. Agar terhindar dari hal itu kita harus tetap menjaga kesucian diri kita. Ada beberapa cara untuk menjaga kesucian diri kita, yaitu:
1. Mengendalikan Pikiran
Dalam kitab suci Veda “Sarasamuscaya, 79” di jelaskan bahwa penentuan kata-kata dan tindakan pangkal sumbernya dimulai dari pikiran. Jadi pikiran merupakan pengendali kata-kata dan tindakan. Menyucikan pikiran dengan kebenaran dapat dilakukan dengan selalu mengontrol tri kaya parisudaha, mengontrol amarah, kama, dan loba, latihan yoga dan meditasi.
2.    Menjaga Kesucian Badan dan Atman
Untuk menjaga kesucian badan, maka badan hendaknya harus disucikan terlebih dahulu, melalui pemilihan jenis makanan yang tergolong satvika dan membersihkan kotoran-kotoran tubuh dengan melakukan puasa Ekadasi. Sedangkan untuk menjaga kesucian atman, kita harus membersihkan dengan melakukan Tapa Brata Yoga setiap hari. Hal ini tersurat dalam kitab suci “Manawa Dharmacastra, V.109”. Tapa brata sangat penting dilakukan, karena dapat mengendalikan gerak indria mencari kenikmatan, yang tentunya dapat menyeret atman kepada keterikatan duniawi.

5.  Kiamatnya Dunia
Di ambil dari kitab suci “Wana Prana” alam semesta beserta isinya akan mengalami kiamat (pralaya) setelah Kali-Yuga berakhir. Setelah Kali Yuga berakhir, Krta Yuga datang kembali. Manakala semua alam semesta ini terserap kembali kepada asalnya, yaitu masuk ke dalam diri penciptanya, maka gaibnya semua alam semesta itu disebut pralaya. Maha Muni yang hidup sejak beribu-ribu abad yang lampau memaparkan keadaan alam semesta menjelang kiamat. Beliau bercerita bahwa umumnya manusia tidak jujur, tidak patuh lagi terhadap agama, mereka yang menjalankan kebaikan jatuh miskin dan berumus pendek, perawakan manusia kecil-kecil terjadi banyak bencana alam, muncul tujuh matahari, awan gelap hujan lebat banjir hingga bumi tenggelam dan semua mahluk di bumi pun tiada. Sewaktu bumi ini tenggelam ke dalam air, hanya satu-satunya yang masih hidup yaitu Rshi Markandeya (Maha Muni). Saat Beliau sedang berkelana di atas air bah, Beliau menjumpai seorang anak muda yang roman mukanya putih bersih, duduk di atas balai-balai yang tersangkut pada dahan pohon beringin. Melalui samadhi, Beliau mengetahui, ternyata anak uda itu berasal dari daerah Hyang Laksmi sendiri. Insan suci itu mengetahui bahwa Rshi Markandeya butuh istirahat dan menyuruhNya istirahat di dalam tubuhnya. Beliau pun masuk ke dalam perut insan suci itu dan menyaksikan bermacam upacara keagamaan, orang tekun berdagang dan bercocok tanam dan orang-orang tekun melakukan kebaikan. Ternyata alam baru itu adalah alam Kerta Yuga, yang letaknya di alam lain.

5.      Jnana dan Dharma Kanda
Jnana kanda adalah ajaran bhakti melalui ilmu pengetahuan, sedangkan karma kanda adalah ajaran bhakti melalui kerja. Jalan karma kanda memerlukan sarana yang berasal dari tumbuh-tumbuhan dan binatang yang dijadikan korban suci. Dalam karma kanda, benda-benda duniawi tidak ada nilainya. Jika benda itu berharga, maka orang kaya akan membuat banten dengan bahan emas atau perak. Sedangkan kenyataannya banten dibuat dari bahan janur atau bahan yang mudah rusak, hal itu dimaksudkan agar setiap orang mendapat kesempatan sepuas-puasnya untuk melakukan karma. Sedangkan mereka yang memilih jalan jnana kanda tidak memerlukan sarana lagi, sehingga tidak peduli dengan benda-benda duniawi. Dalam semadinya, mereka tidak memerlukan bantuan para dewa lagi, melainkan langsung memusatkan pikiran kepada Brahman. Itu sebabnya jalan jnana kanda ini hanya mampu dilakukan oleh orang suci Maharsi dan para Yogi.

2.0 Minggu ke-14 yaitu pada Jumat, 13 Desember 2013 perkuliahan diisi oleh Bapak yang menjelaskan materi dengan 2 judul besar yaitu:
1. Kepemimpinan
Seorang pemimpin baik memiliki sifat Kepemimpinan yang mengambil 8 sifat benda alam yaitu:
1.    Bintang
Untuk seorang pemimpin diharapkan memiliki sifat seperti bintang yaitu harus bisa memberi petunjuk bagi anggotanya.
2.    Matahari
Seperti matahari, seorang pemimpin diharapkan memiliki kemampuan untuk memberi energi/menyejahterakan anggotanya.
3.    Bulan
Disaat bulan purnama, bulan menjadi harapan. Maksudnya adalah seorang pemimpin harus m memberi harapan bagi anggotanya.
4.    Bumi
Bumi dapat menampung apapun baik atau buruk seorang pemimpin juga diharapkan untuk dapat menampung anggotanya apa adanya.
5.    Angin
Seorang pemimpin harus ada diana-mana seperti angin.
6.    Air
Air merupakan tempat kotoran juga untuk membersihkan kotoran artinya seorang pemimpin harus mau di kritik.
7.    Api
Seperti api, seorang pemimpin diharapkan untuk memiliki sifat yang adil memberi hadiah kepada anggota yang berprestasi dan memberi hukuman kepada anggota yang bersalah.
8.    Ether
Ether ada dimana-mana maksudnya adalah seorang pemimpin haru mempunyai ilmu pengetahuan yang luas.
2.   Analisis Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman Generasi Hindu
1.  Kekuatan
Jujur dan dapat dipercaya, tidak mau dianggap tidak mampu, mempunyai budaya kerja keras. Itu merupakan sifat generasi Hindu di jaman dahulu karena sedangkan sekarang tidak lagi begitu. Hal itu mungkin sebabkan oleh pencemaran lingkungan.
2.  Kelemahan
Mudah tersinggung, masih ada perasaan enggan, karena masih ada kasta, sumber agama yaitu Weda tapi tidak pernah membaca dan memahami Weda, mempelajari Weda tidak dianggap penting, secara kelembagaan kita miskin generasi muda tidak terbina, gaya hidup konsumtif kelakuan lokal. Hal itu menyebabkan morak generasi muda Hindu kurang baik.
3. Peluang dan Ancaman
Hampir semua faktor generasi Hindu mempunyai peluang untuk berkompetitif. Pada beberapa sektor tertentu tidak demikian dikarenakan alasan politik dan masyarakat Hindu yang memang kalangan minoritas. Sedangkan ancaman generasi Hindu ada perbedaan agama menyebabkan adanya pengaruh dari agama lain, kesenjangan ekonomi, dan narkoba.




II.                PENUTUP

2.1  Kesimpulan
Dari seluruh materi perkuliahan yang  telah disampaikan, maka dapat disimpulkan bahwa kita, peserta didik, masih berada di tahap brahmacari harus terus menuntut ilmu, meningkatkan pengetahuan kita. Tak terkecuali pengetahuan di bidang agama spiritual atau dharma.  Dharma akan tetap ajeg jika kita melakukannya dengan sungguh-sungguh dan bekerja keras mempertahankannya. Selain itu, pola hidup juga berpengaruh terhadap jasmani dan rohani kita, sehingga perlu pola hidup yang sehat seperti menjaga pola makan dan memillih makanan yang tepat sehingga makanan yang kita konsumsi tidak berpengaruh negatif pada perkembangan jasmani dan rohani kita. Jika semua materi yang telah disampaikan dapat kita pahami dan tekuni dengan baik maka kita akan mencapai kedamaian dan selalu ada dalam perlindungan Hyang Widhi.
2.2  Saran
Adapun saran penulis untuk materi perkuliahan adalah sebaiknya materi perkuliahan diberikan kepada mahasiswa setelah materi disampaikan oleh dosen, pada hari itu juga sehingga mahasiswa dapat mempelajari kembali materi di rumah. Atau lebih baik lagi adalah materi perkuliahan diberikan kepada mahasiswa sebelum dosen menyampaikan di depan kelas, sehingga sedikit banyak mahasiswa telah mengerti materi yang akan disampaikan nantinya. Melalui materi ini, hendaknya kita sebagai generasi muda dapat meningkatkan pengetahuan spiritual dan tetap mempertahankan Hindu sebagai agama yang kita anut.




DAFTAR PUSTAKA



Maharta, Nengah dan Ni Wayan Seruni. 2013. Mewujudkan Putra Suputra dan Keluarga Sukinah. Bandar Lampung: PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA PROVINSI LAMPUNG.
Maharta, Nengah dan Ni Wayan Seruni. 2011. Kumpulan Naskah Dharmawacana. Bandar Lampung: Prima.


1 komentar: