Oleh
Ni Kadek
Yuliangsih
1313042054
PROGRAM STUDI BAHASA INGGRIS
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2013
KATA PENGANTAR
Om Swastyastu Om
Puja
dan Puji Syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa / Ida Sang
Hyang Widhi Wasa, karena atas Asung Kertha Wara NugrahanNya lah kegiatan bakti
sosial ini dapat terlaksana. Tujuan diadakannya kegiatan ini adalah untuk menjalin
tali silahturahmi dan meningkatkan solidaritas antar umat se-dharma. Selain
itu, kegiatan ini juga merupakan salah satu program kerja dari bidang
kerohanian UKM Hindu Universitas Lampung. Sedangkan pembuatan makalah ini
merupakan pengganti dari mata kuliah yoga mahasiswa hindu semester satu yang biasa dilaksanakan pada
hari minggu. Tak lupa penulis selaku panitia kegiatan mengucapkan banyak terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu kesuksesan kegiatan ini karena
kegiatan ini tidak akan berjalan matang sesuai rencana tanpa adanya
keterlibatan banyak pihak terkait didalamnya. Untuk kepenulisan makalah ini
penulis merasa masih banyak kekurangan baik karena ketidakprofesionalan penulis
dalam mengingat kegiatan apa saja yang telah dilakukan di lokasi serta pada
teknis penulisan maupun materi mengingat akan kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk
itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua
pihak.
Om
Santih, Santih, Santih Om
Bandar Lampung, 20 November 2013
Penulis
DAFTAR ISI
Cover.............................................................................................................. i
KATA
PENGANTAR..................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................... iii
I. PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang............................................................................................. 1
1.2
Rumusan Masalah......................................................................................... 1
1.3
Tujuan Kegiatan............................................................................................ 2
1.4
Mamfaat Kegiatan......................................................................................... 2
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Bhakti Sosial................................................................................................. 4
2.2
Bhagawad Gita.............................................................................................. 4
2.3
Kirtanam....................................................................................................... 10
2.4
Yoga............................................................................................................. 10
2.5
Dhyana (Meditasi)......................................................................................... 15
III. PEMBAHASAN
3.1
Persiapan dan Rencana Kegiatan................................................................... 16
3.2
Rangkaian Kegiatan....................................................................................... 16
IV. PENUTUP
4.1
Kesimpulan dan Saran................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
I. PENDAHULUAN
1.2 Latar Belakang
Puja dan puji Syukur kita panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa/Ida Sang
Hyang Widhi Wasa, karena atas Asung Kertha Wara NugrahanNya segala aktivitas
kehidupan dunia dan akhirat dalam mencapai cita-cita yang kita inginkan dapat
terwujud. Sebagai makhluk Hyang Widhi sekaligus makhluk sosial dikehidupan ini,
sepatutnya kita menyadari bahwa masih banyak saudara-saudara kita yang sangat
membutuhkan bantuan dan dorongan dari kita.
Oleh karena itu, sebagai umat yang beragama dan peduli dengan sesama, kami
selaku panitia dan anggota UKM Hindu Universitas Lampung mengadakan kegiatan
bakti sosial untuk membantu saudara-saudara kita dalam meningkatkan pengetahuan
terhadap Hindu. Kegiatan bakti sosial juga termasuk salah satu mata kuliah
agama Hindu yang wajib diikuti oleh seluruh mahasiswa Hindu semester satu di
Universitas Lampung, selain itu juga yang terpenting adalah untuk meningkatkan
silaturahmi terhadap saudara-saudara se-dharma kita dan meningkatkan sradha.
1.2 Rumusan Masalah
1.
Mengapa diadakan bakti sosial?
2.
Apa saja yang kita lakukan saat bakti sosial?
3.
Apa sajakah mamfaat yang mahasiswa dan masyarakat peroleh dari kegiatan
ini?
4.
Siapa yang menjadi sasaran dalam kegiatan bakti sosial kali ini?
1.3 Tujuan Kegiatan
1.
Menjalin tali persaudaraan dan meningkatkan toleransi serta solidaritas
antar umat se-dharma.
2.
Menerapkan ilmu pengetahuan dan keterampilan sebagai sarana pengembangan
diri mahasiswa.
3. Membentuk kepribadian mahasiswa yang memiliki kepedulian terhadap
perkembangan masyarakat dan menumbukan rasa kekelurgaan terhadap sesama.
4. Menghasilkan mahasiswa yang tidak hanya berintelektual tinggi, tetapi juga
harus memiliki rasa tanggungjawab serta berperan aktip terhadap kehidupan
masyarakat.
5.
Merealisasikan salah satu program kerja UKM Hindu 2013/2014 Universitas
Lampung.
1.4 Mamfaat Kegiatan
Mamfaat bakti sosial ada
dua untuk masing-masing pelakunya yaitu mamfaat sebagai subjek dan objek.
Berikut adalah mamfaatnya:
- Untuk Masyarakat
Sebagai subyek,
masyarakat diharapkan memiliki kemampuan mengupayakan peningkatan kualitas
pendidikan di desanya secara mandiri. Sedangkan sebagai obyek, masyarakat akan
mendapatkan pelayanan melalui berbagai rangkaian kegiatan yang menunjang
peningkatan kualitas kebersihan dan
pendidikan.
- Untuk Mahasiswa
Sebagai subyek, mahasiswa
mampu mengaplikasikan ilmu dan pengetahuan yang didapat selama masa
belajar untuk kepentingan masyarakat
secara langsung. Sedangkan sebagai obyek, bakti sosial adalah sarana pendidikan
dan pelatihan nonformal bagi mahasiswa dengan terjun langsung ke masyarakat.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Bhakti Sosial
2.1.1 Pengertian Bhakti Sosial
Pengertian bakti sosial adalah dari kata sosial setara dengan
masyarakat. Di dalamnya tercakup perorangan dan kelompok-kelompok. Bakti dapat
di kata sebagai pengikatan (mengikatkan) diri kepada diri atau diri-diri
lainnya. Ikatan ini berupa kepedulian, perasaan tanggungjawab terhadap
kehidupan sesama. Berbakti dapat berarti memberi sesuatu (kepada yang butuh
pemberian).
Dalam Ilmu Kesejahteraan Sosial, bantuan yang baik itu yang terorganisir
dengan serentet prosedur. Dengan kata lain, membantu orang yang butuh bantuan
itu mesti terorganisir dan disertai keilmuan yang mumpuni agar tidak salah
sasaran. (Bobby A. 2012).
2.2
Bhagawad Gita
2.2.1
Pengertian Bhagawad Gita
Bhagawad Gita adalah sebuah bagian dari Mahabharata yang
termasyhur, dalam bentuk dialog yang dituangkan dalam bentuk syair. Dalam
dialog ini, Kresna, kepribadian Tuhan Yang Maha Esa adalah pembicara utama yang
menguraikan ajaran-ajaran filsafat vedanta, sedangkan Arjuna, murid langsung
Sri Kresna yang menjadi pendengarnya. Secara harfiah, arti Bhagavad Gita adalah
"Nyanyian Sri Bhagawan (Bhaga artinya kehebatan sempurna, van artinya
memiliki, jadi Bhagavan adalah Yang memiliki kehebatan sempurna, ketampanan
sempurna, kekayaan yang tak terbatas, kemasyuran yang abadi, kekuatan yang tak
terbatas, kecerdasan yang tak terbatas, dan ketidakterikatan yang sempurna,
yang dimiliki sekaligus secara bersamaan).
Penulis Bhagawad Gita adalah Sri Krishna Dvipayana Vyasa atau
Resi Byasa. Bhagawadgita merupakan ajaran universal yang diperuntukkan untuk
seluruh umat manusia, sepanjang masa. Untuk mengetahui rahasia kehidupan sejati
di dunia ini sehingga dapat terbebaskan dari kesengsaraan dunia dan akhirat .
Umat Hindu meyakini, Bhagawad Gita merupakan ilmu pengetahuan abadi, yakni
sudah ada sebelum umat manusia menuliskan sejarahnya dan ajarannya tidak akan dapat
dimusnahkan.
2.2.2 Bagian-bagian Bhagawad Gita
1. BAB 1 Arjuna Wisada Yoga (Meninjau
tentara-tentara di medan perang Kurukshetra). Tentara-tentara kedua belah pihak
siap siaga untuk bertempur. Arjuna, seorang ksatria yang perkasa, melihat sanak
keluarga, guru-guru, dan kawan-kawannya dalam tentara-tentara kedua belah pihak
siap untuk bertempur dan mengorbankan nyawanya. Arjuna tergugah kenestapaan dan
rasa kasih sayang, sehingga kekuatannya menjadi lemah, pikirannya bingung, dan
dia tidak dapat bertabah hati untuk bertempur.
2. BAB II Ringkasan isi Bhagavad Gita,
menguraikan tentang Arjuna menyerahkan diri sebagai murid kepada Sri Kresna,
kemudian Kresna memulai pelajaran-Nya kepada Arjuna dengan menjelaskan
perbedaan pokok antara badan jasmani yang bersifat sementara dan sang roh yang
bersifat kekal. Kresna menjelaskan proses perpindahan sang roh, sifat
pengabdian kepada Yang Mahakuasa tanpa mementingkan diri sendiri dan ciri-ciri
orang yang sudah insaf akan dirinya.
3. BAB III Karma Yoga, menguraikan
mengenai semua orang harus melakukan kegiatan di dunia ini. Tetapi perbuatan
dapat mengikat diri seseorang pada dunia ini atau membebaskan dirinya dari
dunia. Seseorang dapat dibebaskan dari hukum karma (perbuatan dan reaksi) dan
mencapai pengetahuan sejati tentang sang diri dan Yang Mahakuasa dengan cara
bertindak untuk memuaskan Tuhan, tanpa mementingkan diri sendiri.
4. BAB IV Jnana Yoga, menguraikan
pencapaian yoga melalui pengetahuan rohani-pengetahuan rohani tentang sang roh,
Tuhan Yang Maha Esa, dan hubungan antara sang roh dan Tuhan-menyucikan dan
membebaskan diri manusia. Pengetahuan seperti itu adalah hasil perbuatan bhakti
tanpa mementingkan diri disebut karma yoga. Krishna menjelaskan sejarah
Bhagavad Gita sejak zaman purbakala, tujuan dan makna.
5. BAB V Karma Yoga, Perbuatan dalam
kesadaran Krishna, orang yang bijaksana yang sudah disucikan oleh api
pengetahuan rohani, secara lahiriah melakukan segala kegiatan tetapi melepaskan
ikatan terhadap hasil perbuatan dalam hatinya. Dengan cara demikian, orang
bijaksana dapat mencapai kedamaian, ketidakterikatan, kesabaran, pengelihatan
rohani dan kebahagiaan.
6. BAB VI Dhyana Yoga, menguraikan
tentang astanga yoga, sejenis latihan meditasi lahiriah, mengendalikan pikiran
dan indria-indria dan memusatkan perhatian kepada Paramatma (Roh Yang Utama,
bentuk Tuhan yang bersemayam di dalam hati). Puncak latihan ini adalah samadhi.
samadhi artinya sadar sepenuhnya terhadap Yang Maha Kuasa.
7. BAB VII Pengetahuan tentang Yang
Mutlak, Sri Krishna adalah Kebenaran Yang Paling Utama, Penyebab yang paling
utama dan kekuatan yang memelihara segala sesuatu, baik yang material maupun
rohani. Roh-roh yang sudah maju menyerahkan diri kepada Krishna dalam
pengabdian suci bhakti, sedangkan roh yang tidak saleh mengalihkan obyek-obyek
sembahyang kepada yang lain.
8. BAB VIII Cara Mencapai Kepada Yang
Mahakuasa, Seseorang dapat mencapai tempat tinggal Krishna Yang Paling Utama,
di luar dunia material, dengan cara ingat kepada Sri Krishna dalam bhakti
semasa hidupnya, khususnya pada saat meninggal.
9. BAB IX Raja Widya Rajaguhya Yoga
(Pengetahuan Yang Paling Rahasia), hakikat Ketuhanan sebagai raja dari segala
ilmu pengetahuan (widya), Krishna adalah Tuhan Yang Maha Esa dan tujuan
tertinggi kegiatan sembahyang, sang roh mempunyai hubungan yang kekal dengan
Krishna melalui pengabdian suci bhakti yang bersifat rohani. Dengan
menghidupkan kembali bhakti yang murni, seseorang dapat kembali kepada Krishna
di alam rohani.
10. BAB X Wibhuti Yoga, Kehebatan Tuhan
Yang Mutlak, menguraikan mengenai sifat hakikat Tuhan yang absolut/mutlak.
Segala fenomena ajaib yang memperlihatkan kekuatan, keindahan, sifat agung atau
mulia, baik di dunia material maupun di dunia rohani, tidak lain daripada
perwujudan sebagian tenaga-tenaga dan kehebatan rohani Krishna. Sebagai sebab
utama segala sebab serta sandaran dan hakekat segala sesuatu. Krishna,Tuhan
Yang Maha Esa adalah tujuan sembahyang tertinggi bagi para mahluk.
11. BAB XI Wiswarupa Darsana Yoga, Bentuk
Semesta, menguraikan tentang Sri Krishna menganugrahkan pengelihatan rohani
kepada Arjuna. Ia memperlihatkan bentuk-Nya yang tidak terhingga dan
mengagumkan sebagian alam semesta.
12. BAB XII Bhakti Yoga, Pengabdian Suci
Bhakti, menguraikan tentang cara yoga dengan bhakti, bhakti-yoga, pengabdian
suci yang murni kebada Sri Krishna, adalah cara tertinggi dan paling manjur
untuk mencapai cinta bhakti yang murni kepada Krishna, tujuan tertinggi
kehidupan rohani. Orang yang menempuh jalan tertinggi ini dapat mengembangkan
sifat-sifat suci.
13. BAB XIII Ksetra Ksetradnya Yoga,
Alam, Kepribadian Yang Menikmati dan Kesadaran, menguraikan hakikat Ketuhanan
Yang Maha Esa dalam hubungan dengan purusa dan prakrti, orang yang mengerti
perbedaan antara badan, dengan sang roh dan Roh Yang Utama yang melampaui badan
dan roh, akan mencapai pembebasan dari dunia material.
14. BAB XIV Guna Traya Wibhaga Yoga, Tiga
Sifat Alam Material, membahas Triguna (tiga sifat alam material) - Sattvam,
Rajas dan Tamas, semua roh terkurung dalam badan di bawah pengendalian tiga
sifat alam material; kebaikan (sattvam), nafsu (rajas) dan kebodohan (tamas).
15. BAB XV Purusottama Yoga, menguraikan
beryoga pada purusa yang Maha Tinggi, Hakikat Ketuhanan, Tujuan utama
pengetahuan veda adalah melepaskan diri dari ikatan terhadap dunia material dan
mengerti Krishna sebagai Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Orang yang mengerti
identitas Krishna yang paling utama menyerahkan diri kepada Krishna dan menekuni
pengbdian suci kepada Krishna.
16. BAB XVI Daiwasura Sampad Wibhaga
Yoga, membahas mengenai hakikat tingkah-laku manusia, sifat rohani dan sifat
jahat. Orang yang memiliki sifat- sifat jahat dan hidup sesuka hatinya, tanpa
mengikuti aturan Kitab Suci, dilahirkan dalam keadaan yang lebih rendah dan
diikat lebih lanjut secara material, tetapi orang yang memiliki sifat-sifat
suci dan hidup secara teratur dengan mematuhi kekuasaan Kitab Suci, berangsur-angsur
mencapai kesempurnaan rohani.
17. BAB XVII Sraddha Traya Wibhaga Yoga,
menguraikan mengenai golongan-golongan keyakinan. Ada tiga jenis keyakinan,
yang masing-masing berkembang dari salah satu di antara tiga sifat alam.
Perbuatan yang dilakukan oleh orang yang keyakinannya bersifat nafsu dan
kebodohan hanya membuahkan hasil material yang sifatnya sementara, sedangkan
perbuatan yang dilakukan dalam sifat kebaikan, menurut Kitab Suci, menyucikan
hati dan membawa seseorang sampai pada tingkat keyakinan murni terhadap Sri
Krishna dan bhakti kepada Krishna.
18. BAB XVIII Moksa Samnyasa Yoga,
Kesempurnaan pelepasan ikatan, merupakan kesimpulan dari semua ajaran yang
menjadi inti tujuan agama yang tertinggi. Dalam bab ini Krishna menjelaskan
arti dari pelepasan ikatan dan efek dari sifat-sifat alam terhadap kesadaran dan
kegiatan manusia. Krishna menjelaskan keinsafan Brahman, kemuliaan
Bhagawadgita, dan kesimpulan Bhagavad Gita; jalan kerohanian tertinggi berarti
menyerahkan diri sepenuhnya tanpa syarat dalam cinta-bhakti kepada Sri Krishna.
Jalan ini membebaskan seseorang dari segala dosa, membawa dirinya sampai
pembebasan sepenuhnya dari kebodohan dan memungkinkan ia kembali ke tempat
tinggal rohani Sri Krishna yang kekal. (Wikipedia)
2.3
Kirtanam
Kirtanam, melagukan, puja dan puji
Tuhan Yang Maha Esa di dalam hati kitasendiri. Dalam melakukan kirtan tidak
boleh mengganggu tetangga sebelah, apalagi sampai lingkungan yang lebih luas,
jika sampai mengganggu maka kirtan yang kita lakukan itu bersifat rajas, atau
pamer, sehingga hasilnya tidak akan maksimal. Tidak ada ceritanya dalam Hindu kirtan
itu harus di dengar orang lain, atau sengaja keras2 kirtanam dengan niatan agar
orang lain ikut kirtanam, kirtanam itu dilakukan dengan sewajarnya dan dengan
kelembutan, jikalaupun terjadi semangat tetap dalam control agar tidak mengganggu
tetangga atau lingkungan. (Anonim)
2.4
Yoga
Yoga berasal dari akar kata sanskerta
yuj yang artinya menyatukan diri dengan Tuhan. Pengertian dari yoga adalah
penyatuan, yaitu penyatuan antara jiwa spiritual dengan jiwa universal.
Dikatakan pula bahwa yoga adalah pembatasan pikiran-pikiran yang bergerak. (Dr.
Somvir. 2008).
2.4.1 Persiapan Melakukan Yoga
Berikut adalah hal-hal yang boleh dan
tidak boleh dalam melakukan Yoga:
1. Yoga perlu dilakukan pada pagi hari
saat matahari terbit (waktu yang paling baik adalah Jam 05.30 sampai jam 06.30
Pagi).
2. Yoga sebaiknya dilakukan ketika perut
dalam keadaan kosong,lingkungan yang bersih dan udaranya segar.
3. Jangan makan minimal 3 jam sebelum
melakukan latihan yoga dan baru boleh makan setengah jam setelah selesai melakukan
Yoga.
4. Pada saat melakukan Yoga, menarik dan
mengeluarkan nafas selalu melalui hidung. Latihan perlu dilakukan diatas tikar
atau karpet tipis yang tidak terlalu empuk.
5. Urutan yang dilakukan saat berlatih
Yoga adalah: Pranayama, Asana, dan Meditasi; akan tetapi apabila sudah maju
maka meditasi perlu dilakukan paling awal, berturut-turut : Meditasi,
Pranayama, dan Asana.
6. Pada saat melakukan Yoga hendaknya
tidak bicara selama satu jam.
7. Setiap hari perlu dibiasakan untuk
tidak bicara selama satu jam sehingga akan muncul kekuatan mental dan pikiran
menjadi tenang.
8. Latihan Yoga juga dapat dilakukan pada sore
hari, perlu dilakukan minimal tiga jam setelah makan siang.
9. Yoga dapat dilakukan oleh semua orang
tanpa memandang usia, ras, agama, dan kepercayaan. Demikian pula doa-doa yang diucapkan pada saat
meditasi dapat disesuaikan dengan agama dan kepercayaan masing-masing.
10. Wanita Hamil perlu berhati-hati dalam
melakukan gerakan.
11. Setelah melakukan selesai Yoga
seseorang berdoa agar ia sehat secara fisik,mental, dan juga moral.
12. Untuk memulai latihan Yoga apabila
ada yang sakit, atau memiliki penyakit tertentu, pernah operasi, harus
diberitahukan kepada guru yoga untuk
menghindari hal-hal atau gerakan-gerakan yang tidak boleh dilakukan oleh
peserta Yoga.
13. Dalam melatih asana-asana tertentu
apabila suatu posisi sulit untuk
dilakukan maka jangan paksakan gerakan
tersebut, asana perlu dilakukan pelan-pelan dan hati-hati.
14. Jangan tertawa saat melakukan asana dan
pranayama.
15. Pada saat melakukan Yoga maka seseorang hendaknya memiliki keyakinan bahwa dia akan menjadi
lebih baik dan selalu berpikiran positif.
16. Yoga yang dilakukan dengan perasaan
bahagia ,suasana tenang, tidak bising, dan tempat yang terbuka.
17. Asana-asana maupun pranayama
sebaiknya dilakukan dibawah bimbingan
seorang guru. Apabila belajar Yoga hanya melalui buku saja, seseorang
kemungkinan salah memahami arti dari setiap asana maupun pranayama karena
beberapa orang yang belajar dari buku kemudian salah paham dan melakukan seorang guru. Apabila belajar Yoga hanya
melalui buku saja, seseorang kemungkinan salah memahami arti dari setiap asana
maupun pranayama karena beberapa orang yang belajar dari buku kemudian salah
paham dan melakukan Yoga dengan cara yang tidak benar. Buku adalah Pengetahuan
untuk membantu seorang pencinta Yoga agar ia paham lebih dalam apa yang telah
ia pelajari dari seorang guru.
2.4.2 Yoga untuk sehari-hari
1.
PRANAYAMA
Prana berarti napas, energi dan ayam artinya panjang atau
memanjang. Pranayama adalah latihan pernapasan dalam yoga. Dengan melakukan
latihan pernapasan atau pranayama dengan teratur seseorang membersihkan diri
dari dalam sehingga pikirannya akan menjadi tenang.
Bentuk-bentuk pranayama:
1. Abhyantar Pranayama
2. Bahyantar Pranayama
3. Surya Bhedi Pranayama
4. Anulom Vilom Pranayama
5. Bhastrika Pranayama
6. Kapal Bhati Pranayama
7. Bhamari Pranayama
2.
SURYANAMASKAR
Secara harfiah suryanamaskar berarti penghormatan kepada
matahari sebagai sumber energi kehidupan. Suryanamaskar merupakan suatu
rangkaian gerakan yang terdiri dari beberapa asana. Dua elas gerakan badan
dengan mengucapkan dua belas nama
matahari adalah suryanamaskar.
3.
ASANA
Asana artinya duduk, Maharsi Patanjali memberikan definisi sthira
sukham asanam bahwa pada saat seseorang duduk pada suatu posisi, dalam
keadaan tenang dan stabil adalah asana. Nama-nama asana diambil dari
alam semesta dan mahluk hidup yang lain dengan tujuan bahwa manusia dan mahluk
hidup saling ketergantungan dan saling membantu.
Bentuk-bentuk asana:
Asana Posisi Berdiri
1. Tadasana
2. Trikonasana
3. Vimanasana
4. Pascimottanasana
5. Dhruvasana
6. Natarajasan
7. Ekapada Angusthasana
8. Garudasana
Asana Posisi Duduk
1. Pascimottanasana duduk
2. Gomukhasana
3. Ardha Matsyendriyasana
4. Akarnadhanurasana
5. Vajrasana
6. Ustrasana
7. Padmasana
8. Brahmacaryasana
Asana Posisi Tidur
1. Uttanapadasana
2. Sarvangasana
3. Halasan
4. Pavanmuktasana
5. Cakrasana
Asana Posisi Telungkup
1. Makarasana
2. Salabhasana
3. Sarpasan
4. Bhujangasana
5. Dhanurasana
4.
RELAKSASI
1.
Savasana
2.5 Dhyana (Meditasi)
Dhyana merupakan bagian
ketujuh dari Astangga Yoga. Dhyana adalah suatu keadaan dimana arus
pikiran tertuju tanpa putus-putus pada objek yang disebutkan dalam Dharana itu,
tanpa tergoyahkan oleh objek atau gangguan atau godaan lain baik yang nyata
maupun yang tidak nyata. Gangguan atau godaan yang nyata dirasakan oleh Panca
Indria baik melalui pendengaran, penglihatan, penciuman, rasa lidah maupun rasa
kulit. Ganguan atau godaan yang tidak nyata adalah dari pikiran sendiri yang
menyimpang dari sasaran objek Dharana. Tujuan Dhyana adalah aliran pikiran yang
terus menerus kepada Hyang Widhi melalui objek Dharana, lebih jelasnya
Yogasutra Maharsi Patanjali menyatakan : “Tatra pradyaya ekatana dhyanam”
Artinya : Arus buddhi (pikiran) yang tiada putus-putusnya menuju tujuan (Hyang
Widhi).
Kaitan antara Pranayama,
Pratyahara dan Dhyana sangat kuat, dinyatakan oleh Maharsi Yajanawalkya sebagai
berikut : “Pranayamair dahed dosan, dharanbhisca kilbisan, pratyaharasca
sansargan, dhyanena asvan gunan”
Artinya : Dengan
pranayama terbuanglah kotoran badan dan kotoran buddhi, dengan pratyahara terbuanglah
kotoranikatan (pada objek keduniawian), dan dengan dhyana dihilangkanlah segala
apa (hambatan) yang berada diantara manusia dan Hyang Widhi. (I Putu Mahardika.
2011).
III.
PEMBAHASAN
3.1 Persiapan dan Rencana Kegiatan
- Pengajuan proposal dana oleh
yang bertugas.
- Dalam persiapan dan rencana
telah diadakan 5 kali rapat, rapat ketiga pembentukan panitia dan
menghasilkan 5 tempat untuk dikunjungi di kegiatan ini. Ke 5 tempat itu
yaitu: Bandarjaya Timur, Karang Endah, Trimurjo Bedeng 10, dan RB.
- Peninjauan ke lokasi oleh yang
bertugas.
- Rapat terakhir membahas tentang
bagaimana keadaan lokasi dan penempatan anggota panitia.
- Penggalangan 2 tanaman, 1 pohon
kelapa gading yang diberikan oleh setiap kelompok asisten dosen, dan
buku-buku bekas pada hari keberangkatan yaitu Sabtu, 16 November 2013
pukul 10.00.
- Sebelum keberangkatan panitia melakukan pengemasan obat-obatan dan hadiah yang akan di sumbangkan.
3.2 Rangkaian Kegiatan
Bakti sosial terdiri dari
dua kata yaitu, ‘Bakti’ dan ‘Sosial’. Dimana satu sama lain memiliki arti
masing-masing, namun apabila dikombinasikan dua kata tersebut memiliki satu
arti. Kata ‘bakti’ berarti tunduk dan hormat, perbuatan yang menyatakan setia.
Sedangkan kata ‘sosial’ berarti segala sesuatu mengenai masyarakat, suka
memperhatikan kepentingan umum. Sedangkan arti Bakti Sosial dalam makalah ini
adalah sebuah program kegiatan amal masyarakat yang dilaksanakan oleh mahasiswa
didaerah-daerah pedesaan.
Yang menjadi sasaran
dalam bakti sosial kali ini adalah warga Hindu Jawa desa Karang Endah,
Terbanggi Besar. Kegiatan bakti sosial ini dilksanakan pada tanggal 16 November
sampai 17 November 2013 dan ketua pelaksana dari kegiatan ini adalah Nyoman Herman
Ardika.
3.2.1
Persiapan
Keberangkatan
Pada detik-detik
keberangkatan, kami seluruh panitia dikumpulkan untuk diberikan pengarahan
yaitu bus yang mana yang harus kami tumpangi untuk sampai ke lokasi. Telah
tersedia 2 buah bus yang akan mengantar kami ke lokasi bakti sosial. Tidak
sedikit juga dari kami yang membawa kendaraan tersendiri. Sebelumnya beberapa
dari kami telah mengangkat barang-barang yang diperlukan pada kegiatan ini
untuk dibawa ke lokasi seperti tanaman, obat-obatan dan hadiah, karpet, alat-alat
untuk kirtaman, dan sapu-sapu, masuk ke dalam bus. Setelah kami semua berada di
dalam bus, dilakukan pengabsenan untuk memastikan bahwa kami semua telah ada
pada tempatnya.
3.2.2
Sambutan
Warga Setempat
Setelah melewati
perjalanan kurang lebih sekitar dua setengah jam, kami, seluruh panitia yng
bertugas tiba di Pura Tanjung Sweta, Karang Endah pada pukul 3 sore disambut
oleh 3 orang warga yang pertama memperkenal diri sebagai Ketua Parisada
setempat yaitu Bapak Susanto, yang kedua ketua muda-mudi yaitu Mas Mujianto dan
yang ketiga belum sempat memperkenal diri. Sambutan pertama kali disampaikan
oleh Bapak Susanto, beliau menyampaikan bahwa beliau dan warga setempat merasa
senang dan bersyukur dengan kedatangan kami. Selanjutnya Beliau memberikan
sedikit keterangan tentang desa Karang Endah yaitu terdapat 42 Kepala Keluarga
(KK) disana, yang awalnya berjumlah sekitar 60 KK. Beliau bercerita pengurangan
jumlah KK ini disebabkan oleh banyak muda-mudi yang menikah dengan warga yang
berbeda agama sehingga mereka harus berpindah agama. Beliau juga menyampaikan
sedikit sejarah tentang siapa dan bagaimana pura itu dibangun sehingga beliau
meminta pemakluman kami jikalau pura tersebut tidak sesuai dengan yang
seharusnya. Tak lupa juga diakhir sambutan beliau menyampikan harapannya agar
kegiatan ini dapat berjalan lancar tanpa adanya hambatan dan dapat bermamfaat
untuk kita semua.
Selanjutnya, sambutan
disampaikan oleh Mas Mujianto, Beliau menyampaikan bahwa anggota muda-mudi
berjumlah sekitar 20 orang. Beliau juga menyampaikan maaf kepada kami karena
tidak semua warga dan muda-mudi bisa hadir saat itu, hal itu disebabkan banyak
warga dan muda-mudi yang sedang bekerja. Beberapa kalimat juga disampaikan
pihak panitia yang dipimpin oleh Komang Puspa yaitu penyampaian berupa izin,
niat serta tujuan kami telah datang ke desa Karang Endah dan berharap agar
kegiatan bakti sosial ini berjalan lancar.
3.2.3
Pembersihan
Pura
Setelah ramah-tamah,
seluruh panitia bersiap untuk membersikan pura Tanjung Sweta sembari menunggu
beberapa panitia yang sedang dalam perjalanan karena terjadi sedikit masalah
yang menghambat perjalanan mereka. Lingkungan pura terlihat tidak terlalu kotor
hanya saja terdapat beberapa tumpukan sampah di dalam pura, hal yang sangat
tidak biasa ada di dalam pura. Kondisi pura ini sebenarnya baik, hanya saja
terlihat kurang terawat. Hal itu mungkin dikarenakan kurangnya kepedulian,
kesadaran dan rasa memiliki warga terhadap pura. Selanjutnya, seluruh panitia
bersiap-siap menuju ke tempat kami bermalam yaitu rumah milik Mas Mujianto.
Jarak dari pura ke rumah beliau sekitar 1,5 km sehingga untuk tiba disana kami
harus meminjam beberapa kendaraan bermotor warga salah satunya milih Mas
Mujianto.
3.2.4
Persembahyangan
Bersama
Setibanya kami di rumah
Mas Mujianto, sebagian panitia bersiap untuk kegiatan selanjutnya yaitu
melakukan persembahyangan bersama warga Karang Endah, dan panitia konsumsi
seperti Kadek Ceria, Nike Sri Utami, Sayu Putu Okta dan beberapa yang lain bergerak menyiapkan makan malam untuk kami
semua. Pada saat itu pula kami semua dikejutkan dengan berita bahwa ada seorang
warga desa yang meninggal dunia. Hal itu sedikit membuat kami kelabakan
sehingga kami harus memikirkan kembali kegiatan kami esok pagi agar semua
berjalan sesuai rencana dan kami juga bisa menghadiri upacara pemakaman sebagai
bentuk kepedulian dari kami.
Tepat pukul setengah 7
malam beberapa warga telah berdatangan salah satunya yaitu pemangku desa yang
akan memimpin persembahyangan. Persembahyangan dilaksanakan di rumah Mas
Mujianto, dikarenakan cuaca yang tidak bersahabat untuk kami semua berangkat ke
pura. Tetapi disini, telihat sekali semangat dan antusiasme warga karena tidak
sedikit warga yang datang. Persembahyangan dimulai dengan pengenalan dari pihak
panitia tentang kirtanam, dipimpin oleh Wayan Rasta, dia juga sebagai penabuh
gendang, Adnan Alit sebagai pemain gitar. Selain itu kami juga membagikan
selembaran berisi kumpulan-kumpulan lagu kirtanam untuk warga agar memudahkan
warga mengikuti, beberapa panitia juga membimbing ibu-ibu untuk berkirtanam.
Warga juga mengenalkan kidung jawa kepada kami, meminjamkan buku kidung jawa
dan kami ikut menyenandungkannya. Selanjutnya persembahyangan di ambil alih
pemangku setempat. Persembahyangan berakhir pada pukul setengah 10 malam. Hari
belum berakhir karena setelahnya seluruh panitia berkumpul untuk membahas
kegiatan, dan mengingatkan panitia tugas apa saja yang akan dilaksanakan besok
hari serta pembentukan panitia menjadi dua kelompok yaitu, panitia untuk
kegiatan besok di pura dan untuk menghadiri pemakaman seorang warga desa.
3.2.5
Kegiatan, 17 November
2013
17 November 2013, hari
dimulai oleh panitia konsumsi yang bersibuk ria menyiapkan sarapan untuk
seluruh panitia. Sedangkan panitia lain bergerak menuju pura untuk bersadhana
bersama warga. Sembari menunggu kedatangan warga, seluruh panitia menyiapkan
peralatan bersadhana seperti menata karpet, menyiapkan bunga dupa dan tirta
serta alat-alat berkirtanam seperti gendang, jimbe, gitar dan microvon. Pukul 7
beberapa anak-anak kecil mulai berdatangan dengan diantar oleh Mas Bambang,
salah satu pemuda desa. Hingga pukul 7 tidak banyak warga yang datang, kegiatan
pun dimulai dengan bersembahyang bersama. Terjadi sedikit kendala disini, saat
panitia dokumentasi mengambil gambar, baterai kamera mendadak habis. Tetapi itu
tidak menjadi masalah besar karena nyatanya kami masih bisa melanjutkan
kegiatan. Kegiatan dilanjutkan dengan beryoga, gerakan dipimpin oleh Wayan Ari Suda dan Wayan Murnita Meylani,
sedangkan pembicara dipimpin oleh Adnan Alit Supryogi. Anak-anak cukup antusias mengikuti
gerakan walaupun tidak banyak juga yang terlihat kesulitan melakukannnya.
Ajeng, salah seorang anak warga berumur 12 tahun terlihat sangat mudah
melakukannya. Pada saat anak-anak sedang beryoga, beberapa panitia bergantian
bertugas mengoreksi gerakan mereka karena panitia harus pergi ke rumah Mas
Mujianto untuk sarapan.
Kami seluruh panitia sedikit merasa kecewa karena hanya anak-anak kecil
saja yang datang mungkin karena kegiatan dilakukan di pagi hari banyak warga
yang harus bekerja dan menghadiri acara pemakaman. Setelahnya, dilanjutkan
dengan belajar kirtanam dan membaca bhagawad kita. Seluruh anak-anak diberikan
selembaran berisi doa bhagawad gita. Pertama, Kadek Ceria dan Ni Wayan Novita
Sari mencontohkan cara membacanya, kemudian ditirukan oleh anak-anak.
Selanjutnya anak-anak di test satu persatu membaca bhagawad gita. Cukup besar
sepertinya keingintahuan anak-anak karena mereka bisa membaca dengan benar
setelahnya. Sekitar pukul 11, panitia bersiap-siap mengadakan games untuk
anak-anak dan pemberian hadiah bagi pemenangnya. Saat jam menunjukan pukul 12,
kami sembahyang siang bersama dilanjutkan dengan anak-anak untuk makan siang.
Sedangkan, panitia beristirahat sejenak untuk menyiapkan kegiatan selanjutnya
dan sebagian lainnya bergerak mendokumentasikan. Acara selanjutnya yaitu
penyuluhan pendidikan yang diisi oleh Komang Puspa selaku ketua pelaksana,
beliau menyampaikan bahwa bagaimanapun situasinya kita harus tetap belajar dan
kita harus menjadi apa yang kita mau, pertama-tama dengan mengambil jurusan apa
yang kita mau di universitas. Pada saat itu juga beliau sedikit memperkenalkan
tentang UKMH Unila. Satu pesan dari beliau yang sepertinya sangat berkesan
yaitu kita harus tetap menghormati kedua orang tua kita, bagaimanapun
keadaannya.
Selanjutnya,
kegiatan diisi oleh Mas Tresno Wijaya. Beliau banyak menceritakan tentang
bagaimana sejarah Umat Hindu bisa menyebar di seluruh Nusantara. Yang pertama
diawali dengan meletusnya Gunung Agung di Bali, kejadian itu menyebabkan
seluruh umat hindu terpencar ke seluruh nusantara. Beberapa tahun setelah itu
meletuslah pembantaian habis-habisan di Bali yang disebut dengan pembantaian
G30S/PKI. Jika yang terjadi sebaliknya, sudah dipastikan Umat Hindu akan habis
sehabis-habisnya. Melalui itulah beliau ingin menyampaikan bahwa kehidupan kita
tidak pernah lepas dari kuasa Hyang Widhi Wasa. Dengan adanya sejarah
tersebarnya Umat Hindu ke seluruh Nusantara, itu menjadikan pemuda-pemudi Hindu
memiliki tanggung jawab yang besar untuk mempertahankan keberadaan atau bahkan
meningkatkan Agama Hindu. Itulah sebabnya Beliau berharap kepada kita semua
untuk tidak pindah agama. Tidak hanya itu, Beliau juga menyampaikan mengapa
kita harus tetap berbuat baik. Berbuat baik tidak hanya agar kita selamat dan
masuk Suarga Loka, tetapi juga sebagai medianya perputaran atman. Jika kita
berbuat baik maka keturunan kita adalah keturunan baik-baik dari Surga
nantinya. Beliau juga menghimbau agar kita berbangga menjadi Hindu, tetapi
jangan ke India-indiaan. Karena kita berasal dari nusantara memiliki budaya
tersendiri, bedakan antara agama dan budaya begitu pesan Beliau. Sebenarnya
masih banyak yang ingin Beliau sampaikan hanya saja Beliau harus meninggalkan
lokasi dan waktu untuk kegiatan bakti sosial ini juga hampir berakhir.
3.2.6
Pemberian
Kenang-kenangan
Selesai makan siang
bersama, beberapa panitia kembali ke rumah Mas Mujianto bersiap-siap mengemas
barang untuk kita menutup kegiatan bakti sosial ini dan sebagian lainnya
bersiap membersihkan pura. Setelah seluruh panitia dan warga berkumpul di Pura,
kami semua dibariskan untuk diambil foto dan pemberian kenang-kenangan untuk
desa Karang Endah. Pemberian kenang-kenangan diwakilkan oleh Kadek Cerita sedangkan dari pihak warga
diwakilkan oleh Bapak Susanto selaku Ketua Parisada setempat. Sesudahnya
seluruh panitia dikumpulkan kembali. Pesan dan kesan pertama disampaikan oleh
Bapak Susanto, beliau sangat berterima kasih karena panitia telah sudi datang
ke desa dan berharap agar panitia bisa datang kembali dilain waktu, panitia
juga diminta untuk meninggalkan personal kontak sehingga sewaktu-waktu desa
bisa berhubungan kembali dengan panitia. Atau bahkan panitia mengadakan lagi
kegiatan seperti ini. Dari pihak panitia pesan dan kesan disampaikan oleh Sayu
Putu Okta, mbak Sayu merasa bahwa apa yang terima panitia dari warga khususnya
di rumah Mas Mujianto lebih dari cukup dan pada saat itu semua panitia dan
warga menangis terharu mendengarnya. Mbak Sayu juga sangat berterima kasih
karena telah mau menerima kita dengan sangat baik. Kita semua berharap semoga
lain waktu kita bisa kembali berkunjung ke Desa Karang Endah.
3.2.7
Kendala
dalam Kegiatan
Sebenarnya tidak sedikit
kendala yang menghambat kinerja kami disini, seperti letak pura yang terlalu
jauh dari tempat panitia bermalam, hujan lebat saat panitia dan warga harus
sembahyang bersama di pura, ada seorang warga desa yang meninggal dunia dan
baterai kamera yang habis disaat pubdekdok harus mengambil gambar untuk
dokumentasi. Beberapa hal diatas sedikit membuat panitia harus me-resuffle
rundown. Membentuk panitia dadakan untuk dikirim ke upacara pemakaman.
Sembahyang bersama yang dilaksanakan di rumah Mas Mujianto. Tetapi hal itu
tidak mengganggu jalannya kegiatan kami karena nyatanya kegiatan bakti sosial
kami ini berjalan lancar tanpa ada satupun kegiatan yang tidak terlaksanakan.
IV.
PENUTUP
4.1 Kesimpulan dan Saran
Dari seluruh kegiatan
yang telah panitia lewati, dapat disimpulkan bahwa dengan diadakannya kegiatan
bakti sosial ini kita dapat memupuk atau menumbuhkan rasa solidaritas antar
umat se-dharma bahkan dengan warga yang belum kita kenal sekalipun. Sehingga
diharapkan dengan dilaksanakannya
kegiatan ini bisa memunculkan kegiatan-kegiatan lain yang lebih baik dan lebih
bermamfaat lagi.
Kami mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu terlaksananya kegiatan bakti
sosial. Mohon maaf atas segala kekurangan dari perencanaan dan pelaksanaan
kegiatan ini, saran yang membangun sangat kami harapkan demi perbaikan di
kegiatan-kegiatan selanjutnya. Dan semoga apa yang telah kita berikan kepada
saudara-saudara kita bermamfaat.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. Bhagawad Gita. Diakses pada tanggal 30
November 2013. Pukul 13.30. Di http://id.m.wikipedia.org/wiki/Bhagawadgita.
Antarestio,
Bobby. 2012. Bhakti Sosial. Diakses pada tanggal 30 November 2013. Pukul 13.30.
Di http://bobbyantarestio.blogspot.com/2012/01/bakti-sosial.html?m=1.
Mahardika,
I Putu. 2011. Astangga Yoga. Diakses pada tanggal 30 November 2013. Pukul
15.00. Di http://iputumardika.wordpress.com/2011/03/08/astangga-yoga/.
Priatno.
2013. Contoh Laporan dan Cara Membuatnya.
24 November 2013. Pukul 10.30. Di http://priatno.blogdetik.com/2013/10/25/contoh-laporan-kegiatan-dan-cara-membuatnya/.
Somvir,
Dr. 2008. Mari Beryoga. Bali: India Foundation.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar