Selasa, 08 April 2014

Contoh Makalah Kegiatan Bakti Sosial Agama Hindu

    KEGIATAN BAKTI SOSIAL UKM HINDU UNILA DI DESA KARANG ENDAH

    (Makalah Agama Hindu)

    Oleh
    Ni Kadek Yuliangsih
    1313042054



    PROGRAM STUDI BAHASA INGGRIS
    JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
    FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
    UNIVERSITAS LAMPUNG
    BANDAR LAMPUNG
    2013



    KATA PENGANTAR


    Om Swastyastu Om
    Puja dan Puji Syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa / Ida Sang Hyang Widhi Wasa, karena atas Asung Kertha Wara NugrahanNya lah kegiatan bakti sosial ini dapat terlaksana. Tujuan diadakannya kegiatan ini adalah untuk menjalin tali silahturahmi dan meningkatkan solidaritas antar umat se-dharma. Selain itu, kegiatan ini juga merupakan salah satu program kerja dari bidang kerohanian UKM Hindu Universitas Lampung. Sedangkan pembuatan makalah ini merupakan pengganti dari mata kuliah yoga mahasiswa hindu  semester satu yang biasa dilaksanakan pada hari minggu. Tak lupa penulis selaku panitia kegiatan mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kesuksesan kegiatan ini karena kegiatan ini tidak akan berjalan matang sesuai rencana tanpa adanya keterlibatan banyak pihak terkait didalamnya. Untuk kepenulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan baik karena ketidakprofesionalan penulis dalam mengingat kegiatan apa saja yang telah dilakukan di lokasi serta pada teknis penulisan maupun materi mengingat akan kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak.
    Om Santih, Santih, Santih Om


    Bandar Lampung, 20 November 2013


                                                                                                             Penulis




    DAFTAR ISI

    Cover..............................................................................................................    i
    KATA PENGANTAR.....................................................................................     ii
    DAFTAR ISI....................................................................................................    iii
    I. PENDAHULUAN
    1.1 Latar Belakang.............................................................................................     1
    1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................     1
    1.3 Tujuan Kegiatan............................................................................................    2
    1.4 Mamfaat Kegiatan.........................................................................................    2
    II. TINJAUAN PUSTAKA
    2.1 Bhakti Sosial.................................................................................................    4
    2.2 Bhagawad Gita..............................................................................................    4
    2.3 Kirtanam.......................................................................................................    10
    2.4 Yoga.............................................................................................................    10
    2.5 Dhyana (Meditasi).........................................................................................    15
    III. PEMBAHASAN
    3.1 Persiapan dan Rencana Kegiatan...................................................................    16
    3.2 Rangkaian Kegiatan.......................................................................................   16
    IV. PENUTUP
    4.1 Kesimpulan dan Saran...................................................................................   24
    DAFTAR PUSTAKA
    LAMPIRAN



    I.   PENDAHULUAN


    1.2 Latar Belakang

    Puja dan puji Syukur kita panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa/Ida Sang Hyang Widhi Wasa, karena atas Asung Kertha Wara NugrahanNya segala aktivitas kehidupan dunia dan akhirat dalam mencapai cita-cita yang kita inginkan dapat terwujud. Sebagai makhluk Hyang Widhi sekaligus makhluk sosial dikehidupan ini, sepatutnya kita menyadari bahwa masih banyak saudara-saudara kita yang sangat membutuhkan bantuan dan dorongan dari kita.

    Oleh karena itu, sebagai umat yang beragama dan peduli dengan sesama, kami selaku panitia dan anggota UKM Hindu Universitas Lampung mengadakan kegiatan bakti sosial untuk membantu saudara-saudara kita dalam meningkatkan pengetahuan terhadap Hindu. Kegiatan bakti sosial juga termasuk salah satu mata kuliah agama Hindu yang wajib diikuti oleh seluruh mahasiswa Hindu semester satu di Universitas Lampung, selain itu juga yang terpenting adalah untuk meningkatkan silaturahmi terhadap saudara-saudara se-dharma kita dan meningkatkan sradha.

    1.2 Rumusan Masalah

    1.   Mengapa diadakan bakti sosial?
    2.   Apa saja yang kita lakukan saat bakti sosial?
    3.   Apa sajakah mamfaat yang mahasiswa dan masyarakat peroleh dari kegiatan ini?
    4.   Siapa yang menjadi sasaran dalam kegiatan bakti sosial kali ini?

    1.3 Tujuan Kegiatan     

    1.   Menjalin tali persaudaraan dan meningkatkan toleransi serta solidaritas antar umat se-dharma.
    2.   Menerapkan ilmu pengetahuan dan keterampilan sebagai sarana pengembangan diri mahasiswa.
    3.  Membentuk kepribadian mahasiswa yang memiliki kepedulian terhadap perkembangan masyarakat dan menumbukan rasa kekelurgaan terhadap sesama.
    4. Menghasilkan mahasiswa yang tidak hanya berintelektual tinggi, tetapi juga harus memiliki rasa tanggungjawab serta berperan aktip terhadap kehidupan masyarakat.
    5.   Merealisasikan salah satu program kerja UKM Hindu 2013/2014 Universitas Lampung.


    1.4 Mamfaat Kegiatan

    Mamfaat bakti sosial ada dua untuk masing-masing pelakunya yaitu mamfaat sebagai subjek dan objek. Berikut adalah mamfaatnya:

    1. Untuk Masyarakat
    Sebagai subyek, masyarakat diharapkan memiliki kemampuan mengupayakan peningkatan kualitas pendidikan di desanya secara mandiri. Sedangkan sebagai obyek, masyarakat akan mendapatkan pelayanan melalui berbagai rangkaian kegiatan yang menunjang peningkatan kualitas kebersihan dan  pendidikan.

    1. Untuk Mahasiswa
    Sebagai subyek, mahasiswa mampu mengaplikasikan ilmu dan pengetahuan yang didapat selama masa belajar  untuk kepentingan masyarakat secara langsung. Sedangkan sebagai obyek, bakti sosial adalah sarana pendidikan dan pelatihan nonformal bagi mahasiswa dengan terjun langsung ke masyarakat.



    II. TINJAUAN PUSTAKA


    2.1  Bhakti Sosial

                2.1.1 Pengertian Bhakti Sosial

    Pengertian bakti sosial adalah dari kata sosial setara dengan masyarakat. Di dalamnya tercakup perorangan dan kelompok-kelompok. Bakti dapat di kata sebagai pengikatan (mengikatkan) diri kepada diri atau diri-diri lainnya. Ikatan ini berupa kepedulian, perasaan tanggungjawab terhadap kehidupan sesama. Berbakti dapat berarti memberi sesuatu (kepada yang butuh pemberian).

    Dalam Ilmu Kesejahteraan Sosial, bantuan yang baik itu yang terorganisir dengan serentet prosedur. Dengan kata lain, membantu orang yang butuh bantuan itu mesti terorganisir dan disertai keilmuan yang mumpuni agar tidak salah sasaran. (Bobby A. 2012).

    2.2  Bhagawad Gita

    2.2.1        Pengertian Bhagawad Gita

    Bhagawad Gita adalah sebuah bagian dari Mahabharata yang termasyhur, dalam bentuk dialog yang dituangkan dalam bentuk syair. Dalam dialog ini, Kresna, kepribadian Tuhan Yang Maha Esa adalah pembicara utama yang menguraikan ajaran-ajaran filsafat vedanta, sedangkan Arjuna, murid langsung Sri Kresna yang menjadi pendengarnya. Secara harfiah, arti Bhagavad Gita adalah "Nyanyian Sri Bhagawan (Bhaga artinya kehebatan sempurna, van artinya memiliki, jadi Bhagavan adalah Yang memiliki kehebatan sempurna, ketampanan sempurna, kekayaan yang tak terbatas, kemasyuran yang abadi, kekuatan yang tak terbatas, kecerdasan yang tak terbatas, dan ketidakterikatan yang sempurna, yang dimiliki sekaligus secara bersamaan).

    Penulis Bhagawad Gita adalah Sri Krishna Dvipayana Vyasa atau Resi Byasa. Bhagawadgita merupakan ajaran universal yang diperuntukkan untuk seluruh umat manusia, sepanjang masa. Untuk mengetahui rahasia kehidupan sejati di dunia ini sehingga dapat terbebaskan dari kesengsaraan dunia dan akhirat . Umat Hindu meyakini, Bhagawad Gita merupakan ilmu pengetahuan abadi, yakni sudah ada sebelum umat manusia menuliskan sejarahnya dan ajarannya tidak akan dapat dimusnahkan.


    2.2.2  Bagian-bagian Bhagawad Gita

    1.      BAB 1 Arjuna Wisada Yoga (Meninjau tentara-tentara di medan perang Kurukshetra). Tentara-tentara kedua belah pihak siap siaga untuk bertempur. Arjuna, seorang ksatria yang perkasa, melihat sanak keluarga, guru-guru, dan kawan-kawannya dalam tentara-tentara kedua belah pihak siap untuk bertempur dan mengorbankan nyawanya. Arjuna tergugah kenestapaan dan rasa kasih sayang, sehingga kekuatannya menjadi lemah, pikirannya bingung, dan dia tidak dapat bertabah hati untuk bertempur.

    2.   BAB II Ringkasan isi Bhagavad Gita, menguraikan tentang Arjuna menyerahkan diri sebagai murid kepada Sri Kresna, kemudian Kresna memulai pelajaran-Nya kepada Arjuna dengan menjelaskan perbedaan pokok antara badan jasmani yang bersifat sementara dan sang roh yang bersifat kekal. Kresna menjelaskan proses perpindahan sang roh, sifat pengabdian kepada Yang Mahakuasa tanpa mementingkan diri sendiri dan ciri-ciri orang yang sudah insaf akan dirinya.

    3.     BAB III Karma Yoga, menguraikan mengenai semua orang harus melakukan kegiatan di dunia ini. Tetapi perbuatan dapat mengikat diri seseorang pada dunia ini atau membebaskan dirinya dari dunia. Seseorang dapat dibebaskan dari hukum karma (perbuatan dan reaksi) dan mencapai pengetahuan sejati tentang sang diri dan Yang Mahakuasa dengan cara bertindak untuk memuaskan Tuhan, tanpa mementingkan diri sendiri.

    4.   BAB IV Jnana Yoga, menguraikan pencapaian yoga melalui pengetahuan rohani-pengetahuan rohani tentang sang roh, Tuhan Yang Maha Esa, dan hubungan antara sang roh dan Tuhan-menyucikan dan membebaskan diri manusia. Pengetahuan seperti itu adalah hasil perbuatan bhakti tanpa mementingkan diri disebut karma yoga. Krishna menjelaskan sejarah Bhagavad Gita sejak zaman purbakala, tujuan dan makna.

    5.     BAB V Karma Yoga, Perbuatan dalam kesadaran Krishna, orang yang bijaksana yang sudah disucikan oleh api pengetahuan rohani, secara lahiriah melakukan segala kegiatan tetapi melepaskan ikatan terhadap hasil perbuatan dalam hatinya. Dengan cara demikian, orang bijaksana dapat mencapai kedamaian, ketidakterikatan, kesabaran, pengelihatan rohani dan kebahagiaan.

    6.   BAB VI Dhyana Yoga, menguraikan tentang astanga yoga, sejenis latihan meditasi lahiriah, mengendalikan pikiran dan indria-indria dan memusatkan perhatian kepada Paramatma (Roh Yang Utama, bentuk Tuhan yang bersemayam di dalam hati). Puncak latihan ini adalah samadhi. samadhi artinya sadar sepenuhnya terhadap Yang Maha Kuasa.

    7.      BAB VII Pengetahuan tentang Yang Mutlak, Sri Krishna adalah Kebenaran Yang Paling Utama, Penyebab yang paling utama dan kekuatan yang memelihara segala sesuatu, baik yang material maupun rohani. Roh-roh yang sudah maju menyerahkan diri kepada Krishna dalam pengabdian suci bhakti, sedangkan roh yang tidak saleh mengalihkan obyek-obyek sembahyang kepada yang lain.

    8.      BAB VIII Cara Mencapai Kepada Yang Mahakuasa, Seseorang dapat mencapai tempat tinggal Krishna Yang Paling Utama, di luar dunia material, dengan cara ingat kepada Sri Krishna dalam bhakti semasa hidupnya, khususnya pada saat meninggal.

    9.      BAB IX Raja Widya Rajaguhya Yoga (Pengetahuan Yang Paling Rahasia), hakikat Ketuhanan sebagai raja dari segala ilmu pengetahuan (widya), Krishna adalah Tuhan Yang Maha Esa dan tujuan tertinggi kegiatan sembahyang, sang roh mempunyai hubungan yang kekal dengan Krishna melalui pengabdian suci bhakti yang bersifat rohani. Dengan menghidupkan kembali bhakti yang murni, seseorang dapat kembali kepada Krishna di alam rohani.

    10.  BAB X Wibhuti Yoga, Kehebatan Tuhan Yang Mutlak, menguraikan mengenai sifat hakikat Tuhan yang absolut/mutlak. Segala fenomena ajaib yang memperlihatkan kekuatan, keindahan, sifat agung atau mulia, baik di dunia material maupun di dunia rohani, tidak lain daripada perwujudan sebagian tenaga-tenaga dan kehebatan rohani Krishna. Sebagai sebab utama segala sebab serta sandaran dan hakekat segala sesuatu. Krishna,Tuhan Yang Maha Esa adalah tujuan sembahyang tertinggi bagi para mahluk.

    11.  BAB XI Wiswarupa Darsana Yoga, Bentuk Semesta, menguraikan tentang Sri Krishna menganugrahkan pengelihatan rohani kepada Arjuna. Ia memperlihatkan bentuk-Nya yang tidak terhingga dan mengagumkan sebagian alam semesta.

    12.  BAB XII Bhakti Yoga, Pengabdian Suci Bhakti, menguraikan tentang cara yoga dengan bhakti, bhakti-yoga, pengabdian suci yang murni kebada Sri Krishna, adalah cara tertinggi dan paling manjur untuk mencapai cinta bhakti yang murni kepada Krishna, tujuan tertinggi kehidupan rohani. Orang yang menempuh jalan tertinggi ini dapat mengembangkan sifat-sifat suci.

    13.  BAB XIII Ksetra Ksetradnya Yoga, Alam, Kepribadian Yang Menikmati dan Kesadaran, menguraikan hakikat Ketuhanan Yang Maha Esa dalam hubungan dengan purusa dan prakrti, orang yang mengerti perbedaan antara badan, dengan sang roh dan Roh Yang Utama yang melampaui badan dan roh, akan mencapai pembebasan dari dunia material.

    14.  BAB XIV Guna Traya Wibhaga Yoga, Tiga Sifat Alam Material, membahas Triguna (tiga sifat alam material) - Sattvam, Rajas dan Tamas, semua roh terkurung dalam badan di bawah pengendalian tiga sifat alam material; kebaikan (sattvam), nafsu (rajas) dan kebodohan (tamas).

    15.  BAB XV Purusottama Yoga, menguraikan beryoga pada purusa yang Maha Tinggi, Hakikat Ketuhanan, Tujuan utama pengetahuan veda adalah melepaskan diri dari ikatan terhadap dunia material dan mengerti Krishna sebagai Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Orang yang mengerti identitas Krishna yang paling utama menyerahkan diri kepada Krishna dan menekuni pengbdian suci kepada Krishna.

    16.  BAB XVI Daiwasura Sampad Wibhaga Yoga, membahas mengenai hakikat tingkah-laku manusia, sifat rohani dan sifat jahat. Orang yang memiliki sifat- sifat jahat dan hidup sesuka hatinya, tanpa mengikuti aturan Kitab Suci, dilahirkan dalam keadaan yang lebih rendah dan diikat lebih lanjut secara material, tetapi orang yang memiliki sifat-sifat suci dan hidup secara teratur dengan mematuhi kekuasaan Kitab Suci, berangsur-angsur mencapai kesempurnaan rohani.

    17.  BAB XVII Sraddha Traya Wibhaga Yoga, menguraikan mengenai golongan-golongan keyakinan. Ada tiga jenis keyakinan, yang masing-masing berkembang dari salah satu di antara tiga sifat alam. Perbuatan yang dilakukan oleh orang yang keyakinannya bersifat nafsu dan kebodohan hanya membuahkan hasil material yang sifatnya sementara, sedangkan perbuatan yang dilakukan dalam sifat kebaikan, menurut Kitab Suci, menyucikan hati dan membawa seseorang sampai pada tingkat keyakinan murni terhadap Sri Krishna dan bhakti kepada Krishna.

    18.  BAB XVIII Moksa Samnyasa Yoga, Kesempurnaan pelepasan ikatan, merupakan kesimpulan dari semua ajaran yang menjadi inti tujuan agama yang tertinggi. Dalam bab ini Krishna menjelaskan arti dari pelepasan ikatan dan efek dari sifat-sifat alam terhadap kesadaran dan kegiatan manusia. Krishna menjelaskan keinsafan Brahman, kemuliaan Bhagawadgita, dan kesimpulan Bhagavad Gita; jalan kerohanian tertinggi berarti menyerahkan diri sepenuhnya tanpa syarat dalam cinta-bhakti kepada Sri Krishna. Jalan ini membebaskan seseorang dari segala dosa, membawa dirinya sampai pembebasan sepenuhnya dari kebodohan dan memungkinkan ia kembali ke tempat tinggal rohani Sri Krishna yang kekal. (Wikipedia)

    2.3  Kirtanam

    Kirtanam, melagukan, puja dan puji Tuhan Yang Maha Esa di dalam hati kitasendiri. Dalam melakukan kirtan tidak boleh mengganggu tetangga sebelah, apalagi sampai lingkungan yang lebih luas, jika sampai mengganggu maka kirtan yang kita lakukan itu bersifat rajas, atau pamer, sehingga hasilnya tidak akan maksimal. Tidak ada ceritanya dalam Hindu kirtan itu harus di dengar orang lain, atau sengaja keras2 kirtanam dengan niatan agar orang lain ikut kirtanam, kirtanam itu dilakukan dengan sewajarnya dan dengan kelembutan, jikalaupun terjadi semangat tetap dalam control agar tidak mengganggu tetangga atau lingkungan. (Anonim)

    2.4  Yoga

    Yoga berasal dari akar kata sanskerta yuj yang artinya menyatukan diri dengan Tuhan. Pengertian dari yoga adalah penyatuan, yaitu penyatuan antara jiwa spiritual dengan jiwa universal. Dikatakan pula bahwa yoga adalah pembatasan pikiran-pikiran yang bergerak. (Dr. Somvir. 2008).

    2.4.1 Persiapan Melakukan Yoga
             Berikut adalah hal-hal yang boleh dan tidak boleh dalam melakukan Yoga:

    1.      Yoga perlu dilakukan pada pagi hari saat matahari terbit (waktu yang paling baik adalah Jam 05.30 sampai jam 06.30 Pagi).
    2.      Yoga sebaiknya dilakukan ketika perut dalam keadaan kosong,lingkungan yang bersih dan udaranya segar.
    3.      Jangan makan minimal 3 jam sebelum melakukan latihan yoga dan baru boleh makan setengah jam setelah selesai melakukan Yoga.
    4.      Pada saat melakukan Yoga, menarik dan mengeluarkan nafas selalu melalui hidung. Latihan perlu dilakukan diatas tikar atau karpet tipis yang tidak terlalu empuk.
    5.   Urutan yang dilakukan saat berlatih Yoga adalah: Pranayama, Asana, dan Meditasi; akan tetapi apabila sudah maju maka meditasi perlu dilakukan paling awal, berturut-turut : Meditasi, Pranayama, dan Asana.
    6.      Pada saat melakukan Yoga hendaknya tidak bicara selama satu jam.
    7.  Setiap hari perlu dibiasakan untuk tidak bicara selama satu jam sehingga akan muncul kekuatan mental dan pikiran menjadi tenang.
    8.     Latihan Yoga juga dapat dilakukan pada sore hari, perlu dilakukan minimal tiga jam setelah makan siang.
    9. Yoga dapat dilakukan oleh semua orang tanpa memandang usia, ras, agama, dan kepercayaan. Demikian  pula doa-doa yang diucapkan pada saat meditasi dapat disesuaikan dengan agama dan kepercayaan masing-masing.
    10.  Wanita Hamil perlu berhati-hati dalam melakukan gerakan.
    11.  Setelah melakukan selesai Yoga seseorang berdoa agar ia sehat secara fisik,mental, dan juga moral.
    12.  Untuk memulai latihan Yoga apabila ada yang sakit, atau memiliki penyakit tertentu, pernah operasi, harus diberitahukan kepada guru yoga  untuk menghindari hal-hal atau gerakan-gerakan yang tidak boleh dilakukan oleh peserta Yoga.
    13.  Dalam melatih asana-asana tertentu apabila suatu posisi  sulit untuk dilakukan  maka jangan paksakan gerakan tersebut, asana perlu dilakukan pelan-pelan dan hati-hati.
    14.   Jangan tertawa saat melakukan asana dan pranayama.
    15.  Pada saat melakukan  Yoga maka seseorang  hendaknya memiliki keyakinan bahwa dia akan menjadi lebih baik dan selalu berpikiran positif.
    16.  Yoga yang dilakukan dengan perasaan bahagia ,suasana tenang, tidak bising, dan tempat yang terbuka.
    17.  Asana-asana maupun pranayama sebaiknya dilakukan dibawah bimbingan  seorang guru. Apabila belajar Yoga hanya melalui buku saja, seseorang kemungkinan salah memahami arti dari setiap asana maupun pranayama karena beberapa orang yang belajar dari buku kemudian salah paham dan melakukan  seorang guru. Apabila belajar Yoga hanya melalui buku saja, seseorang kemungkinan salah memahami arti dari setiap asana maupun pranayama karena beberapa orang yang belajar dari buku kemudian salah paham dan melakukan Yoga dengan cara yang tidak benar. Buku adalah Pengetahuan untuk membantu seorang pencinta Yoga agar ia paham lebih dalam apa yang telah ia pelajari dari seorang guru.

    2.4.2 Yoga untuk sehari-hari

    1.      PRANAYAMA

    Prana berarti napas, energi dan ayam artinya panjang atau memanjang. Pranayama adalah latihan pernapasan dalam yoga. Dengan melakukan latihan pernapasan atau pranayama dengan teratur seseorang membersihkan diri dari dalam sehingga pikirannya akan menjadi tenang.

    Bentuk-bentuk pranayama:

    1.      Abhyantar Pranayama
    2.      Bahyantar Pranayama
    3.      Surya Bhedi Pranayama
    4.      Anulom Vilom Pranayama
    5.      Bhastrika Pranayama
    6.      Kapal Bhati Pranayama
    7.      Bhamari Pranayama


    2.      SURYANAMASKAR
    Secara harfiah suryanamaskar berarti penghormatan kepada matahari sebagai sumber energi kehidupan. Suryanamaskar merupakan suatu rangkaian gerakan yang terdiri dari beberapa asana. Dua elas gerakan badan dengan mengucapkan dua belas  nama matahari adalah suryanamaskar.

    3.      ASANA
    Asana artinya duduk, Maharsi Patanjali memberikan definisi sthira sukham asanam bahwa pada saat seseorang duduk pada suatu posisi, dalam keadaan tenang dan stabil adalah asana. Nama-nama asana diambil dari alam semesta dan mahluk hidup yang lain dengan tujuan bahwa manusia dan mahluk hidup saling ketergantungan dan saling membantu.

    Bentuk-bentuk asana:

    Asana Posisi Berdiri
    1.      Tadasana
    2.      Trikonasana
    3.      Vimanasana
    4.      Pascimottanasana
    5.      Dhruvasana
    6.      Natarajasan
    7.      Ekapada Angusthasana
    8.      Garudasana

    Asana Posisi Duduk
    1.      Pascimottanasana duduk
    2.      Gomukhasana
    3.      Ardha Matsyendriyasana
    4.      Akarnadhanurasana
    5.      Vajrasana
    6.      Ustrasana
    7.      Padmasana
    8.      Brahmacaryasana

    Asana Posisi Tidur
    1.      Uttanapadasana
    2.      Sarvangasana
    3.      Halasan
    4.      Pavanmuktasana
    5.      Cakrasana

    Asana Posisi Telungkup
    1.      Makarasana
    2.      Salabhasana
    3.      Sarpasan
    4.      Bhujangasana
    5.      Dhanurasana

    4.      RELAKSASI
    1.      Savasana


          2.5 Dhyana (Meditasi)

    Dhyana merupakan bagian ketujuh dari Astangga Yoga. Dhyana adalah suatu keadaan dimana arus pikiran tertuju tanpa putus-putus pada objek yang disebutkan dalam Dharana itu, tanpa tergoyahkan oleh objek atau gangguan atau godaan lain baik yang nyata maupun yang tidak nyata. Gangguan atau godaan yang nyata dirasakan oleh Panca Indria baik melalui pendengaran, penglihatan, penciuman, rasa lidah maupun rasa kulit. Ganguan atau godaan yang tidak nyata adalah dari pikiran sendiri yang menyimpang dari sasaran objek Dharana. Tujuan Dhyana adalah aliran pikiran yang terus menerus kepada Hyang Widhi melalui objek Dharana, lebih jelasnya Yogasutra Maharsi Patanjali menyatakan : “Tatra pradyaya ekatana dhyanam” Artinya : Arus buddhi (pikiran) yang tiada putus-putusnya menuju tujuan (Hyang Widhi).
    Kaitan antara Pranayama, Pratyahara dan Dhyana sangat kuat, dinyatakan oleh Maharsi Yajanawalkya sebagai berikut : “Pranayamair dahed dosan, dharanbhisca kilbisan, pratyaharasca sansargan, dhyanena asvan gunan
    Artinya : Dengan pranayama terbuanglah kotoran badan dan kotoran buddhi, dengan pratyahara terbuanglah kotoranikatan (pada objek keduniawian), dan dengan dhyana dihilangkanlah segala apa (hambatan) yang berada diantara manusia dan Hyang Widhi. (I Putu Mahardika. 2011).



    III.             PEMBAHASAN



    3.1 Persiapan dan Rencana Kegiatan

    1. Pengajuan proposal dana oleh yang bertugas.
    2. Dalam persiapan dan rencana telah diadakan 5 kali rapat, rapat ketiga pembentukan panitia dan menghasilkan 5 tempat untuk dikunjungi di kegiatan ini. Ke 5 tempat itu yaitu: Bandarjaya Timur, Karang Endah, Trimurjo Bedeng 10, dan RB.
    3. Peninjauan ke lokasi oleh yang bertugas.
    4. Rapat terakhir membahas tentang bagaimana keadaan lokasi dan penempatan anggota panitia.
    5. Penggalangan 2 tanaman, 1 pohon kelapa gading yang diberikan oleh setiap kelompok asisten dosen, dan buku-buku bekas pada hari keberangkatan yaitu Sabtu, 16 November 2013 pukul 10.00.
    6. Sebelum keberangkatan panitia melakukan pengemasan obat-obatan dan hadiah yang akan di sumbangkan.

    3.2 Rangkaian Kegiatan

    Bakti sosial terdiri dari dua kata yaitu, ‘Bakti’ dan ‘Sosial’. Dimana satu sama lain memiliki arti masing-masing, namun apabila dikombinasikan dua kata tersebut memiliki satu arti. Kata ‘bakti’ berarti tunduk dan hormat, perbuatan yang menyatakan setia. Sedangkan kata ‘sosial’ berarti segala sesuatu mengenai masyarakat, suka memperhatikan kepentingan umum. Sedangkan arti Bakti Sosial dalam makalah ini adalah sebuah program kegiatan amal masyarakat yang dilaksanakan oleh mahasiswa didaerah-daerah pedesaan.
    Yang menjadi sasaran dalam bakti sosial kali ini adalah warga Hindu Jawa desa Karang Endah, Terbanggi Besar. Kegiatan bakti sosial ini dilksanakan pada tanggal 16 November sampai 17 November 2013 dan ketua pelaksana dari kegiatan ini adalah Nyoman Herman Ardika.

    3.2.1        Persiapan Keberangkatan

    Pada detik-detik keberangkatan, kami seluruh panitia dikumpulkan untuk diberikan pengarahan yaitu bus yang mana yang harus kami tumpangi untuk sampai ke lokasi. Telah tersedia 2 buah bus yang akan mengantar kami ke lokasi bakti sosial. Tidak sedikit juga dari kami yang membawa kendaraan tersendiri. Sebelumnya beberapa dari kami telah mengangkat barang-barang yang diperlukan pada kegiatan ini untuk dibawa ke lokasi seperti tanaman, obat-obatan dan hadiah, karpet, alat-alat untuk kirtaman, dan sapu-sapu, masuk ke dalam bus. Setelah kami semua berada di dalam bus, dilakukan pengabsenan untuk memastikan bahwa kami semua telah ada pada tempatnya.

    3.2.2        Sambutan Warga Setempat

    Setelah melewati perjalanan kurang lebih sekitar dua setengah jam, kami, seluruh panitia yng bertugas tiba di Pura Tanjung Sweta, Karang Endah pada pukul 3 sore disambut oleh 3 orang warga yang pertama memperkenal diri sebagai Ketua Parisada setempat yaitu Bapak Susanto, yang kedua ketua muda-mudi yaitu Mas Mujianto dan yang ketiga belum sempat memperkenal diri. Sambutan pertama kali disampaikan oleh Bapak Susanto, beliau menyampaikan bahwa beliau dan warga setempat merasa senang dan bersyukur dengan kedatangan kami. Selanjutnya Beliau memberikan sedikit keterangan tentang desa Karang Endah yaitu terdapat 42 Kepala Keluarga (KK) disana, yang awalnya berjumlah sekitar 60 KK. Beliau bercerita pengurangan jumlah KK ini disebabkan oleh banyak muda-mudi yang menikah dengan warga yang berbeda agama sehingga mereka harus berpindah agama. Beliau juga menyampaikan sedikit sejarah tentang siapa dan bagaimana pura itu dibangun sehingga beliau meminta pemakluman kami jikalau pura tersebut tidak sesuai dengan yang seharusnya. Tak lupa juga diakhir sambutan beliau menyampikan harapannya agar kegiatan ini dapat berjalan lancar tanpa adanya hambatan dan dapat bermamfaat untuk kita semua.

    Selanjutnya, sambutan disampaikan oleh Mas Mujianto, Beliau menyampaikan bahwa anggota muda-mudi berjumlah sekitar 20 orang. Beliau juga menyampaikan maaf kepada kami karena tidak semua warga dan muda-mudi bisa hadir saat itu, hal itu disebabkan banyak warga dan muda-mudi yang sedang bekerja. Beberapa kalimat juga disampaikan pihak panitia yang dipimpin oleh Komang Puspa yaitu penyampaian berupa izin, niat serta tujuan kami telah datang ke desa Karang Endah dan berharap agar kegiatan bakti sosial ini berjalan lancar.

    3.2.3        Pembersihan Pura

    Setelah ramah-tamah, seluruh panitia bersiap untuk membersikan pura Tanjung Sweta sembari menunggu beberapa panitia yang sedang dalam perjalanan karena terjadi sedikit masalah yang menghambat perjalanan mereka. Lingkungan pura terlihat tidak terlalu kotor hanya saja terdapat beberapa tumpukan sampah di dalam pura, hal yang sangat tidak biasa ada di dalam pura. Kondisi pura ini sebenarnya baik, hanya saja terlihat kurang terawat. Hal itu mungkin dikarenakan kurangnya kepedulian, kesadaran dan rasa memiliki warga terhadap pura. Selanjutnya, seluruh panitia bersiap-siap menuju ke tempat kami bermalam yaitu rumah milik Mas Mujianto. Jarak dari pura ke rumah beliau sekitar 1,5 km sehingga untuk tiba disana kami harus meminjam beberapa kendaraan bermotor warga salah satunya milih Mas Mujianto.

    3.2.4        Persembahyangan Bersama

    Setibanya kami di rumah Mas Mujianto, sebagian panitia bersiap untuk kegiatan selanjutnya yaitu melakukan persembahyangan bersama warga Karang Endah, dan panitia konsumsi seperti Kadek Ceria, Nike Sri Utami, Sayu Putu Okta dan beberapa yang lain  bergerak menyiapkan makan malam untuk kami semua. Pada saat itu pula kami semua dikejutkan dengan berita bahwa ada seorang warga desa yang meninggal dunia. Hal itu sedikit membuat kami kelabakan sehingga kami harus memikirkan kembali kegiatan kami esok pagi agar semua berjalan sesuai rencana dan kami juga bisa menghadiri upacara pemakaman sebagai bentuk kepedulian dari kami.

    Tepat pukul setengah 7 malam beberapa warga telah berdatangan salah satunya yaitu pemangku desa yang akan memimpin persembahyangan. Persembahyangan dilaksanakan di rumah Mas Mujianto, dikarenakan cuaca yang tidak bersahabat untuk kami semua berangkat ke pura. Tetapi disini, telihat sekali semangat dan antusiasme warga karena tidak sedikit warga yang datang. Persembahyangan dimulai dengan pengenalan dari pihak panitia tentang kirtanam, dipimpin oleh Wayan Rasta, dia juga sebagai penabuh gendang, Adnan Alit sebagai pemain gitar. Selain itu kami juga membagikan selembaran berisi kumpulan-kumpulan lagu kirtanam untuk warga agar memudahkan warga mengikuti, beberapa panitia juga membimbing ibu-ibu untuk berkirtanam. Warga juga mengenalkan kidung jawa kepada kami, meminjamkan buku kidung jawa dan kami ikut menyenandungkannya. Selanjutnya persembahyangan di ambil alih pemangku setempat. Persembahyangan berakhir pada pukul setengah 10 malam. Hari belum berakhir karena setelahnya seluruh panitia berkumpul untuk membahas kegiatan, dan mengingatkan panitia tugas apa saja yang akan dilaksanakan besok hari serta pembentukan panitia menjadi dua kelompok yaitu, panitia untuk kegiatan besok di pura dan untuk menghadiri pemakaman seorang warga desa.

    3.2.5        Kegiatan, 17 November 2013

    17 November 2013, hari dimulai oleh panitia konsumsi yang bersibuk ria menyiapkan sarapan untuk seluruh panitia. Sedangkan panitia lain bergerak menuju pura untuk bersadhana bersama warga. Sembari menunggu kedatangan warga, seluruh panitia menyiapkan peralatan bersadhana seperti menata karpet, menyiapkan bunga dupa dan tirta serta alat-alat berkirtanam seperti gendang, jimbe, gitar dan microvon. Pukul 7 beberapa anak-anak kecil mulai berdatangan dengan diantar oleh Mas Bambang, salah satu pemuda desa. Hingga pukul 7 tidak banyak warga yang datang, kegiatan pun dimulai dengan bersembahyang bersama. Terjadi sedikit kendala disini, saat panitia dokumentasi mengambil gambar, baterai kamera mendadak habis. Tetapi itu tidak menjadi masalah besar karena nyatanya kami masih bisa melanjutkan kegiatan. Kegiatan dilanjutkan dengan beryoga, gerakan dipimpin oleh Wayan Ari Suda dan Wayan Murnita Meylani, sedangkan pembicara dipimpin oleh Adnan Alit Supryogi. Anak-anak cukup antusias mengikuti gerakan walaupun tidak banyak juga yang terlihat kesulitan melakukannnya. Ajeng, salah seorang anak warga berumur 12 tahun terlihat sangat mudah melakukannya. Pada saat anak-anak sedang beryoga, beberapa panitia bergantian bertugas mengoreksi gerakan mereka karena panitia harus pergi ke rumah Mas Mujianto untuk sarapan.

    Kami seluruh panitia sedikit merasa kecewa karena hanya anak-anak kecil saja yang datang mungkin karena kegiatan dilakukan di pagi hari banyak warga yang harus bekerja dan menghadiri acara pemakaman. Setelahnya, dilanjutkan dengan belajar kirtanam dan membaca bhagawad kita. Seluruh anak-anak diberikan selembaran berisi doa bhagawad gita. Pertama, Kadek Ceria dan Ni Wayan Novita Sari mencontohkan cara membacanya, kemudian ditirukan oleh anak-anak. Selanjutnya anak-anak di test satu persatu membaca bhagawad gita. Cukup besar sepertinya keingintahuan anak-anak karena mereka bisa membaca dengan benar setelahnya. Sekitar pukul 11, panitia bersiap-siap mengadakan games untuk anak-anak dan pemberian hadiah bagi pemenangnya. Saat jam menunjukan pukul 12, kami sembahyang siang bersama dilanjutkan dengan anak-anak untuk makan siang. Sedangkan, panitia beristirahat sejenak untuk menyiapkan kegiatan selanjutnya dan sebagian lainnya bergerak mendokumentasikan. Acara selanjutnya yaitu penyuluhan pendidikan yang diisi oleh Komang Puspa selaku ketua pelaksana, beliau menyampaikan bahwa bagaimanapun situasinya kita harus tetap belajar dan kita harus menjadi apa yang kita mau, pertama-tama dengan mengambil jurusan apa yang kita mau di universitas. Pada saat itu juga beliau sedikit memperkenalkan tentang UKMH Unila. Satu pesan dari beliau yang sepertinya sangat berkesan yaitu kita harus tetap menghormati kedua orang tua kita, bagaimanapun keadaannya.

    Selanjutnya, kegiatan diisi oleh Mas Tresno Wijaya. Beliau banyak menceritakan tentang bagaimana sejarah Umat Hindu bisa menyebar di seluruh Nusantara. Yang pertama diawali dengan meletusnya Gunung Agung di Bali, kejadian itu menyebabkan seluruh umat hindu terpencar ke seluruh nusantara. Beberapa tahun setelah itu meletuslah pembantaian habis-habisan di Bali yang disebut dengan pembantaian G30S/PKI. Jika yang terjadi sebaliknya, sudah dipastikan Umat Hindu akan habis sehabis-habisnya. Melalui itulah beliau ingin menyampaikan bahwa kehidupan kita tidak pernah lepas dari kuasa Hyang Widhi Wasa. Dengan adanya sejarah tersebarnya Umat Hindu ke seluruh Nusantara, itu menjadikan pemuda-pemudi Hindu memiliki tanggung jawab yang besar untuk mempertahankan keberadaan atau bahkan meningkatkan Agama Hindu. Itulah sebabnya Beliau berharap kepada kita semua untuk tidak pindah agama. Tidak hanya itu, Beliau juga menyampaikan mengapa kita harus tetap berbuat baik. Berbuat baik tidak hanya agar kita selamat dan masuk Suarga Loka, tetapi juga sebagai medianya perputaran atman. Jika kita berbuat baik maka keturunan kita adalah keturunan baik-baik dari Surga nantinya. Beliau juga menghimbau agar kita berbangga menjadi Hindu, tetapi jangan ke India-indiaan. Karena kita berasal dari nusantara memiliki budaya tersendiri, bedakan antara agama dan budaya begitu pesan Beliau. Sebenarnya masih banyak yang ingin Beliau sampaikan hanya saja Beliau harus meninggalkan lokasi dan waktu untuk kegiatan bakti sosial ini juga hampir berakhir.

    3.2.6        Pemberian Kenang-kenangan

    Selesai makan siang bersama, beberapa panitia kembali ke rumah Mas Mujianto bersiap-siap mengemas barang untuk kita menutup kegiatan bakti sosial ini dan sebagian lainnya bersiap membersihkan pura. Setelah seluruh panitia dan warga berkumpul di Pura, kami semua dibariskan untuk diambil foto dan pemberian kenang-kenangan untuk desa Karang Endah. Pemberian kenang-kenangan diwakilkan oleh  Kadek Cerita sedangkan dari pihak warga diwakilkan oleh Bapak Susanto selaku Ketua Parisada setempat. Sesudahnya seluruh panitia dikumpulkan kembali. Pesan dan kesan pertama disampaikan oleh Bapak Susanto, beliau sangat berterima kasih karena panitia telah sudi datang ke desa dan berharap agar panitia bisa datang kembali dilain waktu, panitia juga diminta untuk meninggalkan personal kontak sehingga sewaktu-waktu desa bisa berhubungan kembali dengan panitia. Atau bahkan panitia mengadakan lagi kegiatan seperti ini. Dari pihak panitia pesan dan kesan disampaikan oleh Sayu Putu Okta, mbak Sayu merasa bahwa apa yang terima panitia dari warga khususnya di rumah Mas Mujianto lebih dari cukup dan pada saat itu semua panitia dan warga menangis terharu mendengarnya. Mbak Sayu juga sangat berterima kasih karena telah mau menerima kita dengan sangat baik. Kita semua berharap semoga lain waktu kita bisa kembali berkunjung ke Desa Karang Endah.

    3.2.7        Kendala dalam Kegiatan

    Sebenarnya tidak sedikit kendala yang menghambat kinerja kami disini, seperti letak pura yang terlalu jauh dari tempat panitia bermalam, hujan lebat saat panitia dan warga harus sembahyang bersama di pura, ada seorang warga desa yang meninggal dunia dan baterai kamera yang habis disaat pubdekdok harus mengambil gambar untuk dokumentasi. Beberapa hal diatas sedikit membuat panitia harus me-resuffle rundown. Membentuk panitia dadakan untuk dikirim ke upacara pemakaman. Sembahyang bersama yang dilaksanakan di rumah Mas Mujianto. Tetapi hal itu tidak mengganggu jalannya kegiatan kami karena nyatanya kegiatan bakti sosial kami ini berjalan lancar tanpa ada satupun kegiatan yang tidak terlaksanakan.



    IV.             PENUTUP


    4.1 Kesimpulan dan Saran

    Dari seluruh kegiatan yang telah panitia lewati, dapat disimpulkan bahwa dengan diadakannya kegiatan bakti sosial ini kita dapat memupuk atau menumbuhkan rasa solidaritas antar umat se-dharma bahkan dengan warga yang belum kita kenal sekalipun. Sehingga diharapkan  dengan dilaksanakannya kegiatan ini bisa memunculkan kegiatan-kegiatan lain yang lebih baik dan lebih bermamfaat lagi.

    Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu terlaksananya kegiatan bakti sosial. Mohon maaf atas segala kekurangan dari perencanaan dan pelaksanaan kegiatan ini, saran yang membangun sangat kami harapkan demi perbaikan di kegiatan-kegiatan selanjutnya. Dan semoga apa yang telah kita berikan kepada saudara-saudara kita bermamfaat.



    DAFTAR PUSTAKA


    Anonim. Bhagawad Gita. Diakses pada tanggal 30 November 2013. Pukul 13.30. Di http://id.m.wikipedia.org/wiki/Bhagawadgita.

    Antarestio, Bobby. 2012. Bhakti Sosial. Diakses pada tanggal 30 November 2013. Pukul 13.30. Di http://bobbyantarestio.blogspot.com/2012/01/bakti-sosial.html?m=1.

    Mahardika, I Putu. 2011. Astangga Yoga. Diakses pada tanggal 30 November 2013. Pukul 15.00. Di http://iputumardika.wordpress.com/2011/03/08/astangga-yoga/.

    Priatno. 2013. Contoh Laporan dan Cara Membuatnya. 24 November 2013. Pukul 10.30. Di http://priatno.blogdetik.com/2013/10/25/contoh-laporan-kegiatan-dan-cara-membuatnya/.

    Somvir, Dr. 2008. Mari Beryoga. Bali: India Foundation.











    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar