PENGARUH GLOBALISASI
TERHADAP PERANAN MAHASISWA DALAM KETAHANAN NASIONAL
Makalah
Mata Kuliah Umum Kewarganegaraan
Disusun
oleh:
Ni
Kadek Yulianingsih
1313042054
Program Studi
Pendidikan Bahasa Inggris
Jurusan Pendidikan
Bahasa dan Seni
Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan
Universitas Lampung
Bandar Lampung
2014
Kata
Pengantar
Puju syukur penulis ucapkan
kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat-Nya makalah yang berjudul Pengaruh Globalisasi Terhadap Peranan
Mahasiswa Dalam Ketahanan Nasional ini
dapat terselesaikan sesuai dengan yang diharapkan dan tepat pada waktunya.
Makalah yang membahas tentang pengaruh budaya asing terhadap budaya nasional
dan pengaruhya dengan peranan mahasiswa dalam meningkatkan ketahanan nasional
ini merupakan tugas dari Mata kuliah Umum Kewarganegaraan. Dalam penulisan
makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis penulisan
maupun materi. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari semua pihak.
Semoga makalah ini bermamfaat untuk para pembaca.
Bandar
Lampung, 19 April 2014
Penulis
Daftar Isi
Cover
Kata
Pengantar
Daftar
Isi
Bab
I Pembahasan
1.1 Latar
Belakang
1.2 Tujuan
Penulisan
1.3 Metode
Penulisan
Bab
II Permasalahan
Bab
III Pembahasan
3.1 Pengaruh Budaya Globalisasi Terhadap
Budaya Nasional Indonesia
3.2 Pentingnnya Peranan Mahasiswa dalam
Menanggapi Pengaruh Budaya Global
3.3 Implementasi Peranan Mahasiswa
Menanggapi Pengaruh Budaya Global
3.4 Strategi Untuk Pemuda dalam
Memperkuat Ketahanan Nasional
Bab
IV Penutup
4.1 Kesimpulan
4.2 Penutup
Daftar
Pustaka
Bab I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Mahasiswa
diidentikkan dengan agent of change.
Kata-kata perubahan selalu menempel erat sebagai identitas para mahasiswa yang
juga dikenal sebagai kaum intelektualitas muda. Dari mahasiswalah ditumpukan
besarnya harapan untuk perubahan dan pembaharuan dalam berbagai bidang yang ada
di negeri ini. Tugasnyalah melaksanakan dan merealisasikan perubahan positif,
sehingga kemajuan di dalam sebuah negeri bisa tercapai dengan membanggakan.
Kekuatan yang dimiliki mahasiswa untuk melakukan suatu perubahan sangatlah
besar sehingga tak bisa dipungkiri memang mahasiswa memiliki peranan penting
dalam perubahan. Dari banyak peristiwa social yang terjadi di Indonesia, kita
akan mengerti betapa pentingnya peran pemuda dalam pembangunan dan gerakan
cultural bangsa tragedi Trisakti Mei 1998 yang menuntut reformasi untuk
mengganti orde baru dan memaksa turun Presiden Soeharto dari kekuasaannya yang
telah di genggamnya selama hampir 32 tahun sebagai salah satu bukti kekuatan
mahasiswa dalam melakukan perubahan. Bung Karno pun pernah meengungkapkan
tentang kekuatan pemuda dalam pidatonya yang berbunyi “Berikan sepuluh pemuda
untukku, maka akan kuguncang dunia”. Bung Karno nampaknya menyadari dari awal,
bahwa dalam pembentukan negara dan bangsa dibutuhkan pemuda sebagai penghuni
untuk mewujudkan cita-cita kemerdekaan Indoonesia. Pemudalah yang memiliki
kesegaran gagasan, semangat perubahan dan progesivitas pikiran, dan keluhuran
cita-cita dalam membangun bangsa.
Berbagai
peristiwa besar di dunia pun juga identik dengan peran mahasiswa di dalamnya,
Namun, kondisi mahasiswa dewasa ini sangat mengkhawatirkan, tidak sedikit
mahasiswa yang menjadikan kuliah sebagai ajang untuk bersenang-senang,
berfoya-foya dan lain sebagainya bukan sebagai ajang untuk mengoptimalkan
kemampuan intelektual dan pengembangan diri. Mengapa hal ini bisa terjadi? Hal
ini disebabkan ketidakmampuan mahasiswa dalam memfilterisasi pengaruh dari
budaya asing yang menganut paham hedonisme, di tambah tidak adanya rasa
prihatin mahasiswa terhadap lingkungan. Artinya seandainya saja mahasiswa dapat
melihat betapa banyak orang-orang yang sangat menginginkan untuk melanjutkan
studinya tetapi tidak memiliki kesempatan untuk itu di lingkungannya, pasti
rasa untuk mengikuti perkuliahan dengan baik sangatlah mungkin terjadi,
sehingga akan muncul mahasiswa-mahasiswa yang memiliki dan mampu mengembangkan
kemampuan intelektualnya untuk menjadi agent
of change.
Penulis
mengambil pokok tentang peranan mahasiswa dalam menanggapi pengaruh budaya global
adalah untuk mengingatkan agar mahasiswa tidak lebur dalam pengaruh budaya
global. Karena di era gobalisasi sekarang ini dimana dunia telah memasuki babak
baru masyarakat global, yakni babak dari suatu era masyarakat yang semakin
universal dan modern sehingga masyarakat dunia dapat saling berinteraksi satu
sama lain tanpa dibatasi oleh ruang, gerak, dan waktu. Sangat dikhawatirkan
jika pengaruh globalisasi akan mengakibatkan mahasiswa lebur di dalamnya.
Sebagai sesama mahasiswa penulis merasa mempunyai tanggung jawab untuk saling
mengingatkan dalam menjaga budaya nasional Indonesia.
1.2 Tujuan
Penulisan
Penulisan
makalah ini memiliki beberapa tujuan, yaitu:
1. Mengetahui pengaruh budaya globalisasi terhadap budaya
nasional Indonesia.
2. Memahami pentingnya peranan mahasiswa dalam menanggapi
pengaruh budaya global.
3. Mengungkap dan memahami implementasi mahasiwa
menanggapi pengaruh budaya global untuk menjaga budaya nasional Indonesia.
4. Mengetahui Strategi Mahasiswa/pemuda dalam Memperkuat
Ketahanan Nasional.
5. Memenuhi tugas Mata Kuliah Umum Kewarganegaraan.
1.2 Metode Penulisan
Dalam penulisan makalah ini,
penulis memperoleh informasi dari internet yang berkaitan dengan materi dalam
makalah ini.
Bab II
Permasalahan
Dari
penjelesaan dalam latar belakang diatas maka permasalahan dalam bentuk
pertanyaan adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh budaya globalisasi terhadap budaya
nasional Indonesia?
2. Bagaimana pentingnya peranan mahasiswa dalam
menanggapi pengaruh budaya global?
3. Bagaimana implementasi mahasiswa menanggapi pengaruh
budaya global untuk menjaga budaya nasional Indonesia?
4. Apa saja strategi untuk mahasiswa dalam memperkuat
ketahanan nasional.
Bab III
Pembahasan
3.1 Pengaruh Budaya Globalisasi terhadap Budaya Nasional
Kehadiran globalisasi tentunya membawa pengaruh bagi kehidupan negara
Indonesia. Pengaruh tersebut meliputi dua sisi yaitu pengaruh
positif dan pengaruh negatif. Pengaruh globalisasi di berbagai bidang kehidupan
seperti kehidupan politik, ekonomi, ideologi, sosial budaya dan lain-lain akan
mempengaruhi nilai-nilai nasionalisme terhadap bangsa.
Segi budaya
merupakan yang paling rentan terkena dampak negatif globalisasi. Bentuk
informasi dan sarana yang dapat diterima dengan bebas akan mampu mempengaruhi
pola bertindak dan berpikir mahasiswa ataupun masyarakat luas. Bahayanya kini
para mahasiswa lewat asumsi mereka (pemuda) bangga dengan identitas buatan atau
kultur imitasi yang mereka sandang dalam kesehariannya. Sangat ditakutkan
asumsi itu malah Mengakibatkan adanya kesenjangan sosial yang tajam antara yang
kaya dan miskin, karena adanya rasa ego yang berlebihan. Hal tersebut dapat
menimbulkan pertentangan antara yang kaya dan miskin yang dapat menggangu
kehidupn nasional bangsa.
Arus globalisasi saat ini sangat jelas telah menimbulkan pengaruh terhadap perkembangan budaya bangsa. Derasnya arus informasi dan telekomunikasi ternyata menimbulkan sebuah
kecenderungan yang mengarah terhadap memudarnya nilai-nilai pelestarian budaya.
Perkembangan 3T (Transportasi, Telekomunikasi, dan Teknologi) mengkibatkan
berkurangnya keinginan untuk melestarikan budaya negeri sendiri. Budaya
Indonesia yang dulunya ramah-tamah, gotong royong dan sopan berganti dengan
budaya barat, misalnya pergaulan bebas. Di Tapanuli (Sumatera Utara) misalnya,
dua puluh tahun yang lalu, anak-anak remajanya masih banyak yang berminat untuk
belajar tari Tor-Tor dan Tagading (alat musik batak). Hampir setiap minggu dan
dalam acara ritual kehidupan, pemuda di sana selalu diundang pentas sebagai
hiburan budaya yang meriah. Saat ini, ketika teknologi semakin maju, ironisnya
kebudayaan-kebudayaan daerah tersebut semakin lenyap di masyarakat, bahkan
hanya dapat disaksikan di televisi dan Taman Mini Indonesi Indah (TMII).
Padahal kebudayaan-kebudayaan daerah tersebut, bila dikelola dengan baik.
Selain dapat menjadi pariwisata budaya yang menghasilkan pendapatan untuk
pemerintah baik pusat maupun daerah, juga dapat menjadi lahan pekerjaan yang
menjanjikan bagi masyarakat sekitarnya. Hal lain yang merupakan pengaruh
globalisasi adalah dalam pemakaian bahasa indonesia yang baik dan benar (bahasa
juga salah satu budaya bangsa). Sudah lazim di Indonesia untuk menyebut orang
kedua tunggal dengan Bapak, Ibu, Pak, Bu, Saudara, Anda dibandingkan dengan kau
atau kamu sebagai pertimbangan nilai rasa. Sekarang ada kecenderungan di
kalangan anak muda yang lebih suka menggunakan bahasa Indonesia dialek Jakarta
seperti penyebutan kata gue (saya) dan lu (kamu). Selain itu kita sering dengar
anak muda mengunakan bahasa Indonesia dengan dicampur-campur bahasa inggris
seperti “OK, No problem dan Yes”, bahkan kata-kata makian (umpatan)
sekalipun yang sering kita dengar di film-film barat, sering diucapkan dalam
kehidupan sehari-hari. Kata-kata ini disebarkan melalui media TV dalam film-film,
iklan dan sinetron bersamaan dengan disebarkannya gaya hidup dan fashion. Gaya
berpakaian remaja Indonesia yang dulunya menjunjung tinggi norma kesopanan
telah berubah mengikuti perkembangan jaman. Ada kecenderungan bagi remaja putri
di kota-kota besar memakai pakaian minim dan ketat yang memamerkan bagian tubuh
tertentu. Budaya perpakaian minim ini dianut dari film-film dan majalah-majalah
luar negeri yang ditransformasikan kedalam sinetron-sinetron Indonesia .
Derasnya arus informasi yang juga ditandai dengan hadirnya internet, turut
serta “menyumbang” bagi perubahan cara berpakaian. Pakaian mini dan ketat telah
menjadi trend di lingkungan anak muda. Salah satu keberhasilan penyebaran
kebudayaan Barat ialah meluasnya anggapan bahwa ilmu dan teknologi yang
berkembang di Barat merupakan suatu yang universal. Masuknya budaya barat
(dalam kemasan ilmu dan teknologi) diterima dengan “baik”. Pada sisi inilah
globalisasi telah merasuki berbagai sistem nilai sosial dan budaya Timur
(termasuk Indonesia ) sehingga terbuka pula konflik nilai antara teknologi dan
nilai-nilai ketimuran.
3.2 Pentingnya Peranan Mahasiswa dalam Menanggapi Pengaruh
Budaya Global
Pengaruh globalisasi terhadap anak
muda begitu kuat. Meskipun globalisasi memiliki dampak posotifnya seperti dari
globalisasi sosial budayanya kita dapat meniru pola berpikir yang baik seperti
etos kerja yang tinggi dan disiplin dan IPTEK dari bangsa lain yang sudah maju
untuk meningkatkan kemajuan bangsa yang pada akhirnya memajukan bangsa dan akan
mempertebal rasa nasionalisme kita terhadap bangsa. Namun, dampak negatifnya
jauh lebih besar dibandingkan dampak positifnya. Pengaruh globalisasi tersebut
telah membuat banyak anak muda kita kehilangan kepribadian diri sebagai bangsa
Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan gejala- gejala yang muncul dalam
kehidupan sehari- hari anak muda sekarang. Sebagai contoh dari cara berpakaian
remaja, saat ini saja banyak yang menggunakan pakaian minim bahan dan ingin
terlihat seperti selebritis yang cenderung ke budaya Barat. Padahal cara
berpakaian tersebut jelas- jelas tidak sesuai dengan kebudayaan kita. Tak
ketinggalan gaya rambut mereka dicat beraneka warna. Kesimpulannya, mahasiswa
lebih suka jika menjadi orang lain dengan cara menutupi identitasnya dari pada
menjadi dirinya sendiri. Tidak banyak remaja yang mau melestarikan budaya
bangsa dengan mengenakan pakaian yang sopan sesuai dengan kepribadian bangsa
Indonesia.
Teknologi internet merupakan
teknologi yang memberikan informasi tanpa batas dan dapat diakses oleh siapa
saja. Apa lagi bagi mahasiswa, internet sudah menjadi kebutuhan sehari-hari.
Jika digunakan secara semestinya tentu akan memperoleh manfaat yang berguna.
Tetapi jika tidak, maka akan mendapat kerugian. Dan sekarang ini, banyak
mahasiswa yang menggunakan tidak sebagaimana mestinya. Rasa sosial terhadap
masyarakat pun menjadi pudar bahkan hilang karena mereka lebih memilih sibuk
dengan aktivitasnya sendiri. Apabila kondisi ini dibiarkan dan terus tumbuh
sumbur, maka jangan heran, cepat atau lambat budaya nasional Indonesia yang
merupakan identitas nasional bangsa Indonesia akan pudar bahkan hilang karena
nilai nasionalisme masyarakat Indonesia akan berkurang karena tidak ada rasa
cinta terhadap budaya bangsa sendiri dan rasa sosial terhadap masyarakat.
3.3 Implementasi Peranan Mahasiswa Menanggapi Pengaruh
Budaya Global untuk Menjaga Budaya Nasional Indonesia
Arus globalisasi sekarang ini begitu
cepat merasuk ke dalam masyarakat terutama di kalangan muda. Globalisasi
mempunyai dampak yang positif dan negatif dalam pengaruhnya. Dalam globalisasi
modernisasi diartikan sebagai perubahan-perubahan masyarakat yang bergerak dari
keadaan yang tradisional atau dari masyarakat pra modern menuju kepada suatu
masyarakat yang modern. Modern berarti berkemajuan yang rasional dalam segala
bidang dan meningkatnya taraf penghidupan masyarakat secara menyeluruh dan
merata. Modern juga berarti berkemanusiaan dan tinggi nilai peradabannya dalam
pergaulan hidup dalam masyarakat. Berdasarkan analisa dan uraian di atas maka
pengaruh negatif globalisasi lebih banyak daripada pengaruh positifnya. Oleh
karena itu diperlukan langkah-langkah untuk mengantisipasi pengaruh negatif
globalisasi terhadap nilai nasionalisme. Langkah-langkah untuk mengantisipasi
dampak negatif globalisasi terhadap nilai-nilai nasionalisme antara lain,
yaitu:
1. Menumbuhkan semangat nasionalisme yang tangguh, misal
semangat mencintai kebudayaan bangsa Indonesia.
2. Menanamkan dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila
dengan sebaik-baiknya.
3. Menanamkan dan melaksanakan ajaran agama dengan
sebaik- baiknya.
4. Selektif terhadap pengaruh budaya global.
5. Mewujudkan, menerapkan dan menegakkan hukum dalam arti
sebenar- benarnya dan seadil-adilnya.
Dengan adanya langkah-langkah antisipasi tersebut
diharapkan mampu menangkis pengaruh budaya global yang dapat melunturkan nilai
nasionalisme bangsa Sehingga kita tidak akan kehilangan identitas nasional
Indonesia.
3.4 Strategi untuk Pemuda dalam Memperkuat Ketahanan Nasional
Strategi yang
perlu dilakukan untuk mewujudkan pemuda Indonesia yang berwawasan kebangsaan,
cerdas, terampil, kreatif, memiliki daya saing dan berakhlak mulia guna
memperkuat ketahanan nasional adalah:
1. Pemberdayaan generasi muda yang dilaksanakan
harus terencana, menyeluruh, terpadu, terarah, bertahap dan berlanjut untuk
memacu tumbuh kembangnya wawasan generasi muda dalam mewujudkan kehidupan yang
sejajar dengan generasi muda bangsa-bangsa lain. Usaha pengembangan ini
merupakan pemerataan serta perluasan dari tahap sebelumnya dan merupakan
rangkaian yang berkelanjutan.
2. Pemberdayaan generasi muda merupakan program
pembangunan yang bersifat lintas bidang dan lintas sektoral, harus
dikoordinasikan sedini mungkin dari perumusan kebijaksanaan, perencanaan,
pelaksanaan, pengendalian dan pengawasan serta melibatkan peran serta masyarakat.
3. Menempatkan posisi generasi muda lebih sebagai
subjek dibanding sebagai objek dan pada tingkat tertentu diharapkan agar
generasi muda dapat berperan secara lebih aktif, produktif dalam membangun jati
diri secara bertanggung jawab dan efektif.
Dalam pelaksanaan
strategi ini, perlu dirancang rumusan hak dan kewajiban yang merupakan proses
gradual (berangsur-angsur) semenjak kanak-kanak hingga mencapai usia dewasa.
Proses gradual ini secara sosiologis merupakan proses sosialisasi (penanaman)
nilai dan norma masyarakat sesuai dengan tahapan usianya. Proses ini dapat
dikelompokkan sesuai usia; 0-6 tahun, 6-18 tahun, 18-21 tahun dan 21-35 tahun.
Kelompok 6-18 tahun harus mulai melakukan interaksi sosial dalam rangka
memperoleh keterampilan sosial sebagai bekal untuk menjadi orang dewasa
sehingga ketika mereka mencapai usia kelompok berikutnya (usia 21-35 tahun),
diharapkan mampu mencapai tingkat kematangan pemikiran sekaligus mampu
menerapkannya dalam lingkungannya.
Namun demikian,
perlu sarana kondusif untuk mencapai puncak kematangan sebuah generasi. Pemuda,
dan masyarakat umumnya, memerlukan fasilitas untuk mencapai kemandirian.
Pertama, harus diciptakan iklim yang kondusif agar para generasi muda dapat
mengaktualisasikan segenap potensi, bakat, dan minat yang dimilikinya. Dengan
pernyataan ini maka berarti kita memiliki pandangan yang positif dan optimis
tentang para generasi muda, yaitu bahwa setiap generasi muda memiliki potensi,
bakat, dan minat masing-masing. Kedua, pemberdayaan generasi muda membutuhkan
suatu strategi kebudayaan, bukan strategi kekuasaan. Dengan strategi kebudayaan
berarti kita harus menempatkan generasi muda bukan lagi sebagai obyek,
melainkan sebagai subyek. Para generasi muda harus diberikan otoritas untuk
melakukan proses pembelajaran sendiri agar mereka menjadi lebih berdaya dan
diberdayakan. Ketiga, memberikan kesempatan dan kebebasan kepada para generasi
muda untuk mengorganisasikan dirinya secara bebas dan merdeka. Ini dimaksudkan
agar etos kompetisi tumbuh dan berkembang dengan baik. Kecenderungan untuk
menyeragamkan mereka dalam suatu wadah tunggal seperti kebiasaan lama ternyata
justru menumbuhkan semangat berkompetisi.
Bab IV
Penutup
4.1.Kesimpulan
Dari seluruh
pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa globalisasi tidak hanya membawa
dampak atau pengaruh positif terhadap pemuda (mahasiswa) dan kebudayaan bangsa
Indonesia, tetapi juga dampak negatif. Hal ini dapat dilihat dari perubahan
kebiasaan-kebiasaan yang sudah dan sedang berlangsung di lingkungan kita, seperti
mahasiwa yang tidak lagi menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar
(sopan), cara berpakaian yang tidak lagi sesuai dengan norma-norma bangsa
Indonesia, mahasiswa yang tidak lagi mengindahkan kebudayaan daerah karena
lebih suka dengan budaya luar, dan masih banyak lagi. Hal ini jelas mengganggu
peranan mahasiswa dalam melestarikan kebudayaan bangsa. Pemuda yang seharusnya
menjadi tonggak utama guna memperkuat ketahanan nasional bangsa melalui
kebudayaan malah bertindak sebaliknya.
Untuk mengurangi
bahkan menghilangkan budaya pemuda/mahasiswa yang mulai bergerak
kebarat-baratan ini, dapat dilakukan dengan membentuk kesadaran budaya pada
pemuda/mahasiswa yaitu dengan cara mengoptimalkan peran pemuda/mahasiswa dalam
pelestarian budaya yang telah ada atau membentuk budaya baru yang lebih baik
lagi. Untuk dapat menuju ke arah itu, mahasiswa perlu untuk dibentuk dan di
arahkan terlebih dahulu untuk lebih cinta dengan tanah air kita, menumbuhkan
dan meningktakan rasa nasionalisme sehingga kita (pemuda) tidak kehilangan
identitas nasional Indonesia dan dapat memperkuat ketahanan nasional.
4.2 Saran
Budaya nasional
merupakan faktor penting dalam identitas nasional bangsa Indonesia. Sebagai
mahasiswa yang merupakan penerus bangsa hendaklah kita lebih memberikan
perhatian penting terhadap budaya nasional bangsa indonesia di tengah
berkembangnya budaya global seperti sekarang ini. Jangan sampai identitas
tersebut malah melebur dalam budaya global. Mencintai dan melestarikan budaya
nasional bangsa Indonesia merupakan langkah awal proteksi terhadap pengaruh
negative budaya global. Hal ini jelas untuk menjaga identitas nasional bangsa
Indonesia di tengah era globalisasi.
Daftar Pustaka
Anonim. 2009.
12345. [Online] http://jabarsut.files.wordpress.com/2009/01/12345.doc.
Di Akses pada tanggal 18 April 2014 pukul 19.14.
Fikri, Atika. 2012. Mahasiswa di
Era Globalisasi. [Online] http://atikaf.blogspot.com/2012/06/normal-0-false-false-false-en-us-x-none.html.
Di akses pada tanggal 19 April 2014 pukul 20.45.
Frymaruwah,
Edwin. 2010. Mahasiswa
Sebagai Benteng Pertahanan Benteng Pertahanan Nasional Bangsa Indonesia Dalam
Menghadapi Pengaruh Budaya Global. [Online]
http://frymaruwah.blogspot.com/2010/10/mahasiswa-sebagai-benteng-pertahanan.html. Di akses
pada tanggal 18 April 2014 pukul 19.24.
Sutrisno, Rendy. 2009. Makalah Pengaruh
Globalisasi Terhadap Eksistensi Kebudayaan Daerah. [Online] http://rendhi.wordpress.com/makalah-pengaruh-globalisasi-terhadap-eksistensi-kebudayaan-daerah/.
Di akses pada tanggal 19 April 2014 pukul 18.55.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar