RANGKUMAN MATERI MATA KULIAH UMUM AGAMA HINDU
(Makalah Agama Hindu)
Oleh:
Ni
Kadek Yulianingsih
1313042054
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS
JURUSAN
PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
LAMPUNG
BANDAR
LAMPUNG
2013
KATA
PENGANTAR
Om Swastyastu
Puja dan Puji Syukur
penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa / Ida Sang Hyang Widhi Wasa,
karena atas Asung Kertha Wara NugrahanNya rangkuman seluruh materi Mata Kuliah Umum Agama Hindu ini dapat terselesaikan tepat pada
waktunya. Penulisan makalah ini merupakan tugas pengganti Ujian Akhir Semester
mata kuliah umum Agama Hindu. Dalam penulisan makalah ini penulis merasa masih
banyak kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan
ingatan yang dimiliki penulis. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun dari semua pihak.
Semoga makalah ini
bermamfaat untuk para pembaca.
Om Santih, Santih,
Santih Om
Bandar Lampung,
17 Desember 2013
Penulis
DAFTAR
ISI
COVER.......................................................................................................... 1
KATA
PENGANTAR................................................................................... 2
DAFTAR
ISI................................................................................................. 3
I. ISI
1.1 Cara Mengajegkan Dharma........................................................................ 4
1.2 Pentingnya
Yoga........................................................................................ 6
1.3 Agama
sebagai Pegangan pada Kali Yuga.................................................. 9
1.4 9 Bhakti
dalam Agama Hindu dan Meditasi................................................ 10
1.5 Puja Nawa
Ratri........................................................................................ 11
1.6
Hukuman Bagi Orang yang Meninggalkan Agama Hindu...... ...................... 12
1.7
Mewujudkan Putra Suputra Berdasarkan Weda......................................... 13
1.8
Urutan Pelaksanaan Homa Yajna............................................................... 14
1.9
6 Judul Besar Dharmawacana................................................................... 14
2.0
2 Judul Besar........................................................................................... 17
II. PENUTUP
2.1 Kesimpulan.............................................................................................. 19
2.2 Saran....................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA
I.
ISI
Perkuliahan perdana
mata kuliah umum Agama Hindu dimulai pada tanggal 30 Agustus 2013, di buka oleh
Bapak Drs. Nengah Maharta, M.Si selaku salah satu dosen mata kuliah tersebut di
Universitas Lampung. Pada hari itu Beliau memperkenalkan seluruh asisten Beliau
yang nantinya akan membimbing kami selama perkuliahan berlangsung. Pembentukan
kelompok asisten dosen menjadi sebelas kelompok juga dilakukan pada hari itu.
Masing-masing kelompok dibimbing oleh 1 asisten. Penulis sendiri masuk ke
kelompok terakhir yaitu kelompok 11 dengan asisten dosen adalah Ni Wayan Novita
Sari.
1.1 Pada minggu pertama perkuliahan dan minggu
kedua yaitu tanggal 6 September 2013, Beliau menerangkan materi yang berjudul Cara
Mengajegkan Dharma. Beliau menyampaikan bahwa sesungguhnya sebelum kita
lahir ke dunia kita sangat menderita berada di dalam kandungan sang ibu, kita
tersiksa karena tertekan dan terjepit leher rahim ibu. Kalau bisa memilih kita
tidak ingin lahir kembali ke dunia. Saat di dalam kandungan, kita dapat melihat
kehidupan kita di masa lalu, melihat perbuatan dosa apa saja yang telah kita
lakukan dulu. Kita yang tidak taat bersembahyang, kita yang tidak melakukan
penebusan dosa bila melakukan kesalahan, kita yang tidak menjadi penyembah yang
taat dan yakin, kita yang tidak mencari guru untuk meningkatkan spiritual dan
kita yang tidak melakukan memadamkan sifat jahat yang ada dalam diri kita. Kita
sangat menyesal pada saat itu, sehingga kita berjanji di dalam kandungan bahwa
saat kita lahir nanti kita akan:
1 Kita akan melakukan sankhya yoga
2 Kita akan selalu mencari
perlindungan kepada para Leluhur, para Dewa, dan Hyang Widhi.
3 Kita akan taat bersembahyang.
4 Kita akan selalu melakukan
penebusan dosa setiap ada kesalahan dan tidak akan mengulangi lagi kesalahan
yang pernah saya lakukan.
5 Kita akan menjadi penyembah yang
taat/yakin.
Setelah
kita lahir, nyatanya kita lupa dengan apa yang kita alami selama berada di
dalam kandungan. Kita lupa dengan janji yang telah kita ucapkan dulu. Untuk itu
perlu dilakukan upacara dan pemberian pendidikan agama yang baik agar kita
tidak menjadi manusia yang menyerupai raksasa, suka marah, suka melawan,
terlalu bernafsu, ambisius, sombong, rakus, mau menang sendiri, tidak mau disalahkan,
cepat tersinggung, pemabuk, penjudi, tidak suka dengan agama (danawa) dan seperti binatang, pemalas,
ingin hidup enak, tidak mau tahu urusan orang lain (kasuwu). Jika setelah lahir kita diupacarakan dan mendapat
pendidikan agama yang cukup maka kita akan menjadi manusia yang manawa yaitu
manusia yang arif bijaksana, dan dapat membedakan mana yan baik dan mana yang
tidak. Setelah kita memasuki tahapn bhiksuka
dalam catur asrama maka kita akan mampu mempunyai sifat Dewa atau Madawa. Untuk itu kita perlu di didik
dan diingatkan agar kita selalu berada di jalan dharma. Dalam kitab Wraspati
Tattwa, 25.7, dalam Swastikarana (Buku pedoman beragama Hindu yang dikeluarkan
Parisada Pusat tahun 2013) ada 7 cara pengendalian diri agar dharma kita ajeg.
Berikut adalah bagian-bagian serta penjelasannya,
- Sila artinya mangraksa melakukan kebiasaan-kebiasaan baik/rahayu.
- Yajña
contohnya adalah dengan melakukan agni homa.
- Tapa artinya umatin indryania atau secara terus
menerus menahan diri dari hal-hal yang tidak baik/buruk.
- Dana artinya paweweh atau membangun sifat suka
memberi.
- Prawrajya artinya wiku ansaka atau harus ada
brahmana sista/acaria untuk menyebarkan
jnana (ilmu pengetahuan suci).
- Bhiksu artinya
diksa atau pensucian.
- Yoga artinya magawe samadhi atau menyeimbangkan
budi kita.
Sedangkan
untuk menepati janji yang pernah kita ucapkan saat berada di dalam kandungan,
kita perlu:
1. Selalu berbuat baik dan benar.
2. Selalu melakukan bhakti.
3. Mencari pengetahuan suci atau spiritual
dengan cara berguru.
4.
Selalu melakukan tapa atau
pengendalian/menahan diri terhadap sesuatu yang tidak baik.
5. Melakukan brata
(menahan hawa nafsu, khususnya nafsu untuk makan dan minum).
6.
Melakukan pensucian-pensucian.
7.
Melakukan yoga suryanamaskar saat
subuh dan yoga asanas sewaktu-waktu.
8.
Selalu mendapatkan sentuhan dari orang-orang suci.
9.
Melakukan upakara dan upacara.
Menurut Beliau, dengan
taat melakukan sadhana di atas, maka
kita akan mampu menyelamatkan diri sendiri dari kelahiran kembali (samsara) dan mampu menyelamatkan leluhur
sampai 10 tingkatan dan menyelamatkan keturunan sampai 10 tingkatan.
Selain itu, Beliau juga
menjelaskan tentang 4 pilar menegakkan Dharma. Empat pilar itu adalah
spiritual, ilmu pengetahuan, kesehatan dan artha/harta. Paa saat itu dijelaskan
bahwa apabila kita memilki spiritual maka kita akan lebih mudah mencapai
kedamaian atau oksa, sedangkan apabila kita memiliki ilmu pengetahuan,
kesehatan dan harta kita hanya akan bahagia di dunia itu artinya tidak kekal
abadi. Ada baiknya untuk kita selain memiliki ilmu pengetahuan, kesehatan dan
harta, kita juga memiliki spiritual yang cukup untuk bisa mencapai kedamaian
yang kekal abadi atau moksa.
1.2
Minggu ke 4 yaitu Jumat, 20 September 2013, perkuliahan diisi oleh Bapak
sendiri. Pada saat itu, Beliau memulai dengan menyebutkan apa saja tindakan
tepat yang sepatutnya kita laksanakan untuk mencapai syurga, ada Atma, Bhakti,
Jnana dan Yoga. Poin yang keempat adalah materi yang Beliau jelaskan pada
minggu ke empat ini, dengan judul Pentingnya Yoga. Beliau menjelaskan
3 macam yoga, bagian-bagiannya, serta mamfaat yang kita peroleh jika kita
melakukan yoga. Berikut adalah penjelasannya,
1.
Pranayama
Pranayama
atau latihan pernapasan, prana
artinya napas sedangkan ayam artinya
panjang. Pranayama adalah pengendalian hawa panas dengan pengaturan napas untuk
mendapatkan energi dari alam guna membersihkan bagian dalam tubuh dengan
memasukkan energi positif dan mengeluarkan energi negatif.
Saat
melakukan pranayama, ada 3 teknik bandha (menahan
dan mengencangkan) yang harus dilakukan:
1.
Jalandhara Bandha
Dilakukan dengan cara menarik prana (napas) kemudian tahan prana dengan menundukkan kepala ke bawah,
sehingga menutup saluran tenggorokan.
2.
Uddyana Bandha
Dilakukan dengan cara menarik perut ke dalam saat menarik prana, saat menahan prana.
3.
Mula Bandha
Dilakukan dengan cara menutup otot anus dan organ reproduksi.
Melakukan
3 bandha ini merupakan kunci dari keberhasilan kita melakukan pranayama. Jika
kita tidak melakukan teknik bandha pada saat pranayaa maka kita tidak akan
memdapat mamfaat dari gerakan pranayama. Berikut adalah mamfaat dari pranayama:
1. Meningkatkan vitalitas
Saat melakukan pernapasan dalam,
paru-paru akan mendapat banyak oksigen, oksigen ini akan
mengalir ke setiap sel tubuh.
Dengan oksigen yang cukup maka jaringan dan organ-organ tubuh
akan menambah
energi vitalitasnya.
2.
Memijat jantung
Saat melakukan
pernapasan secara teratur jantung akan menerima pijatan, membuka
sumbatan-sumbatan, memperlancar aliran darah ke jantung dan akan meringankan
kerja jantung. Secara perlahan akan dapat memperbaiki penyakit
jantung.
3.
Membersihkan racun dalam tubuh.
Saat menarik
napas, diafragma menekan ke bawah yang akan memberikan rangsangan pada gerak
peristaltik dari usus untuk membersihkan sisa-sisa makanan
dalam usus.
4.
Menenangkan pikiran.
Saat mempraktekkan pernapasan dalam secara teratur dan
sadar (berkonsentrasi), maka frekuensi gelombang otak akan pelan dan teratur,
hal ini menunjang aktivitas sel dan organ tubuh menjadi singkron dan merangsang
pengeluaran antibodi yang bekerja untuk melawan berbagai macam penyakit serta
merangsang pengeluaran hormon yang bermanfaat untuk menenangkan saraf dan pikiran.
Saat
menjelaskan bentuk-bentuk yoga pranayama, beliau juga menjelaskan teknik serta
mamfaatnya. Berikut adalah bentuk yoga pranayama:
1. Abhyantar
Pranayama
2. Bahyantar
Pranayama
3. Surya
Bhedi Pranayama
4. Anulom
Vilom Pranayama
5. Bhastrika
Pranayama
6. Kapal
Bhati
7. Bhamari
Pranayama
1.
Suryanamaskara
Suryanamaskara adalah
pemujaan kepada dewa surya dengan 12 doa dan 12 gerakan. Dan suryanamaskara
merupakan gerak yang berkesinambungan artinya gerakan tidak putus-putus, dan
juga tidak berubah tepat artinya dimana kita memulai gerakan suryanamasara
disitu juga akan selesai ke 12 gerakan suryanaskara tersebut.
Langkah-langkah
suryanamaskar:
1. Pranamasana
Gerakan
berdiri tegak dengan kedua tangan tercangkup di depan dada (sikap berdoa).
Gerakan dengan doa Om Mitra ya namah
ini berkonsentrasi pada Anahata cakra
atau hati. Gerakan ini bermamfaat untuk memperbaiki keseimbangan tubuh dan
meningkatkan vitalitas.
2. Hasta
Uttanasana
Gerakan
dengan membawa kedua tangan yang tercangkup melengkung kebelakang hingga kedua
lengan menyentuh telingga dan tulang punggung melengkung ke belakang (menarik
lengan ke atas kepala) ini berkonsentrasi pada Visuddi Cakra atau tenggorokan. Gerakan ini dilakukan sembari
mengucapkan doa Om Ravaye Namah dan
bermamfaat untuk melatih kelenturan
tulang belakang dan menstimulasi sistem saraf yang berada di tulang belakang
dan leher.
3. Padahastasana
Gerakan
membungkukkan tubuh dengan posisi telapak tangan yang masih tercangkup di bawa
hingga menyentuh lantai pada ketua kaki yang sejajar dengan lengan. Gerakan ini
berkonsentrasi pada Svadhistahana Cakra
atau di bawah pusar dengan doa Om Surya
ya Namah dan bermamfaat untuk memanjangkan
tulang punggung, melatih otot rusuk, dan memperindah bentuk kaki.
4. Asva
Sancalasana
Gerakan
seperti menunggang kuda ini berkonsentrasi pada Ajna Cakra atau kening, dilakukan sembari mengucap doa Om Banawe ya Namah dan bermamfaat untuk meregangkan paha atas, memperindah bokong, dan
memijat organ dalam untuk mendorong sistem pembuangan.
5. Adho
Mukha Svanasana
Gerakan
seperti gunung ini berkonsentrasi pada Visuddi Cakra, dilakukan sembari
mengucap doa Om Khaga ya Namah, dan bermamfaat untuk melemaskan otot leher dan bahu, meregangkan urat paha
hingga betis, melatih dan menguatkan seluruh tubuh, merangsang gerak
paristaltik dari usus, dan menstimulasi aliran darah ke otak.
6. Chaturanga
Dandasana
Gerakan
telungkup dengan tangan berada di samping dada, seperti papan sejajar tetapi
hanya dagu, dada, lutut dan ujung kaki saja yang menyentuh lantai ini
berkonsentrasi pada Manipura Cakra.
Dilakukan sembari mengucap doa Om Pusne
ya Namah ini bermamfaat untuk menguatkan
kedua pergelangan tangan dan otot bahu, dan mengencangkan otot perut.
7. Bujanggasana
Gerakan
yang menyerupai ular kobra ini berkonsentrasi pada Visuddi Cakra atau
tenggorokan, diucapkan dengan doa Om Hiranyagarbha ya Namah dan bermamfaat
untuk melatih dan menguatkan tulang
belakang, dasar tulang panggul dan otot pinggang serta otot perut,
menstimulasi sistem pencernaan dan memperlancarkan sistem
ginjal.
8. Adho
Mukha Svanasana
Gerakan
ini sama seperti gerakan ke-5 hanya saja memiliki doa yang berbeda yaitu Om Marica ya Namah. Memiliki mamfaat
yang sama.
9. Asva
Sancalasana
Gerakan
ini mirip gerakan ke-4 hanya berbeda pada kaki yang ditarik ke belakang.
Gerakan ke-4 kaki kiri yang ditarik ke belakang sedangkan untuk gerakan ke-9
ini kaki kanan yang ditarik ke belakang. Gerakan ini memiliki doa Om Aditya ya Namah dan memiliki mamfaat
yang sama dengan gerakan ke-4.
10. Padahastasana
Geraan
ini sama persis dengan gerakan ke-3, memiliki konsentrasi dan mamfaat yang
sama, dengan doa Om Savitre ya Namah.
11. Hastasa
Uttanasana
Gerakan ini sama persis dengan gerakan
ke-2 hanya saja dilakukan dengan doa yang berbeda yaitu Om Arka ya Namah.
12. Pranamasana
Gerakan ini sama dengan gerakan pertama,
memiliki konsentrasi yang sama, mamfaat yang sama, hanya berbeda pada doa saat
melakukan gerakan ini yaitu Om Bhaskara
ya Namah.
2.
Asanas
Asanas ada 4 posisi yaitu posisi
berdiri, posisi duduk, posisi tidur dan posisi telungkup.
1. Posisi
Berdiri
Asanas posisi berdiri dilakukan berdiri.
Ada 8 gerakan yaitu, Tadasana, Trikonasana, Vimanasa, Pascimottanasana,
Dhruvasana, Siwa Natarajasana, Ekapada Angustasana, dan Garusasana.
2. Posisi
Duduk
Asanas posisi duduk dilakukan dengan
posisi duduk. Ada 8 gerakan asanas posisi duduk yaitu, Pascimottanasana,
Gomukhasana, Ardha Matsyendriyasana, Akarnadhanurasana, Vajrasana, Ustrasana,
Padmasana, dan Brahmacaryasana.
3. Posisi
Tidur
Asanas posisi tidur dilakukan dengan
posisi tidur atau terlentang. Ada 5 gerakan yaitu, Uttanapadasana,
Sarwangasana, Halasana, Pavanmuktasana, dan Cakrasana.
4. Posisi
Telungkup
Asanas posisi telungkup dilakukan dengan
posisi telungkup. Ada 5 gerakan pula yaitu, Makarasana, Salabhasana, Sarpasana,
Bhujangasana, dan Dhanurasana.
Yang terakhir adalah Asanas Sawasana (Relaksasi). Sawasana
dilakukan setelah semua gerakan asanas selesai dilakukan, dengan tidur senyaman
mungkin melepaskan ketegangan. Posisi kaki sejajar bahu, telapak tangan
menghadap ke atas, tubuh dalam keadaan diam. Setelah tubuh merasa rileks, mulailah keluarkan semua energi negatif dari kepala
sampai kaki dan menerima energi positif ke dalam tubuh.
Gerakan ini bermamfaat untuk mengendurkan seluruh bagian tubuh kita
secara fisik dan psikologis. Savasana dapat mengatasi masalah-masalah
ketegangan otot, susah tidur, dan baik untuk kita yang tidak bisa mengendalikan pikiran.
1.3
Minggu ke-5 yaitu pada Jumat, 27 September 2013, perkuliahan masih diisi oeh
Bapak yang menjelaskan materi tentang jaman-jaman dalam Agama Hindu dengan
judul Agama Sebagai Pegangan pada Kali Yuga. Beliau memulai materi
dengan menyampaikan 4 jaman dalam Agama Hindu beserta ciri-iri dari jaman itu
sendiri. Berikut penjelsannya:
Kerta Yuga
Jaman Kerta Yuga
merupakan jaman yang pertama ada, memiliki ciri-ciri lamanya jaman 1.440.000
juta tahun, pada jaman ini hanya ada kebaikan (100%) tidak ada kejahatan,
manusia dan hewan sederajat dengan para Dewa, Dharma diajarkan melalui Sruti
dan semadi atau meditsi adalah hal yang diutamakan.
Tetra Yuga
Jaman kedua ini
memiliki ciri-ciri lamanya jaman 1.080.000 juta tahun, manusia dan hewan tidak
lagi sederajat dengan para Dewa, persentase kebaikan 75% dan kejahatan 25%, Dharma
diajarkan melalui Smerti, dan ilmu pengetahuan yang dimuliakan oleh manusia.
Dwapara Yuga
Jaman ini merupakan
jaman yang ketiga dala Hindu memiliki ciri-ciri lamanya jaman 720.000 juta
tahun, persentase kebaikan 50% dan kejahatan 50% (seimbang), Dharma diajarkan
melalui Purusa dan Itihasa, dan manusia banyak yang melakukan yajna untuk
kemakmuran dunia. Jaman ini merupakan jaman dimana Krisna menurunkan kita suci
ke-5.
Kali Yuga
Jaman ini merupakan
jaman terakhir dalam Hindu memiliki ciri-ciri lamanya jaman 360.000, Dharma
diajarkan melalui Agama, diperkirakan ada 3 kitab suci, persentase kebaikan 25%
sedangkan kejahatan 75%. Jaman ini ditandai dengan banyaknya pertengkaran,
keserakahan, kepalsuan yang dapat mengakibatkan malapetaka. Banyak godaan pada
jaman ini karena ada 75% manusia yang tidak mengindahkan kebenaran abadi
(Sanatana Dharma).
Sedangkan saat ini kita
hidup pada jaman terakhir yaitu Kali Yuga, yang artinya banyak sekali
orang-orang yang tidak mengindahkan kebenaran di lingkungan kita. Untuk kita
perlu tahu apa itu agama sehingga kita tidak termasuk ke dalam golongan 75%
pada jaman ini. Pada saat itu Beliau juga menerangkan apa itu agama. Agama
adalah Satya, Rta, Diksa, Brahma, Yajna, dan Tapa.
1.4
Minggu ke-6 yaitu pada Jumat, 4 Oktober 2013 dan minggu ke-7 yaitu 12 Oktober
2013 perkuliahan disi oleh Ibu Ni Wayan Seruni, AP, BBA, S.Ag, M.Si salah satu
dosen mata kuliah umum Agama Hindu Universitas Lampung juga. Beliau menjelaskan
materi yang berjudul 9 Bhakti dalam Agama Hindu dan
Meditasi. Berikut adalah materi yang penulis peroleh dari penjelasan
Beliau,
1. 9 Bhakti dalam Agama Hindu
1.
Srawana : mendengarkan wacana.
2.
Kirtanam : menghafal dan menyenandungkan
lagu-lagu suci.
3.
Smaranam : mengingat dengan berjapa.
4.
Arcanam : berbakti dengan menggunakan
media seperti gambar atau arca.
5.
Wandanam : membaca kitab atau
cerita-cerita suci.
6.
Dasyam : mengabdi atau melayani Brahman
melalui upakara.
7.
Padasevanam : berbakti dengan sujud.
8.
Sakyanam: berbakti dengan cara
bersahabat dengan Brahman.
9.
Atmanivadanam : menyerahkan
diri sepenuhnya kepada Brahman.
2.
Meditasi
Meditasi merupakan
suatu proses pemusatan pikiran yang menyebar menjadi suatu perhatian yang
dilakukan secara sadar penuh keinsafan, dan tanpa paksaan. Mamfaat dari
melakukan meditasi adalah untuk bertambahnya kekuatan pikiran agar menjadi lebih sehat jasmani dan sehat
rohani yang pada akhirnya dapat bersatu dengan Brahman, dan bukan untuk mencari
kesaktian.
Berikut
adalah mamfaat khusus dari melakukan meditasi:
1. Seluruh cakra-cakra
dengan sendirinya diaktifkan
2. Energi negatif tubuh
dibersihkan
3. Kemampuan cakra ajna
mata batin meningkat
4. Penyaluran energi
akan berlipat ganda
5. Mampu mengendalikan
emosi
6. Penyembuhan diri
sendiri terhadap luka batin dan fisik.
Doa Meditasi
Dhyānamūlam gurur mūrtim,
Pūjā mūlam gurur padam,
Mantram mūlam gurur vākyam,
Moksa mūlam gurur kripa,
Om śhri gurawe namaha Om….
1.5
Minggu ke-8 yaitu pada Jumat, 18 Oktober 2013 perkuliahan diisi orang Bapak
yang menjelaskan tentang apa saja yang seharusnya kita laksanakan 9 hari menuju
hari raya Kuningan dengan judul Puja Nawa Ratri. Berikut adalah
penjelasan Beliau:
Pada
Kali Yuga ini pemujaan kepada Para Dewa akan lebih mudah dicapai, apabila
dilakukan melalui saktinya. Oleh karena itu, pemujaan saat Nawa Ratri adalah
pemujaan kepada Para Dewa melalui saktinya. Dewa Siwa saktinya Dewi Durga, Dewa
Wisnu saktinya Dewi Lakshmi, Dewa Brahma saktinya Dewi Saraswati. Hal itu
karena kisah pada awal Kali Yuga ketika ketiga alam yaitu Bhur Bhuwah dan Swah dikuasai oleh Para Asura/raksasa,
Para Dewa meminta saktinya untuk melawan Asura. Akhirnya Asura pun dikalahkan
oleh Dewi Kali saktinya Dewa Siwa.
1.
Tiga hari pertama setelah hari raya
Galungan yaitu Kamis, Jumat, dan Sabtu pemujaan ditujukan kepada saktinya Dewa
Siwa yaitu Dewi Dhurga dengan melantunkan Gayatri Dhurga sebanyak 9 kali dan
dilanjutkan dengan japa sebanyak 108 kali. Pemujaan ini dilaksanakan di Pura
Dalem.
2.
Tiga hari berikutnya yaitu Minggu, Senin
dan Selasa pemujaan ditujukan kepada saktinya Dewa Wisnu yaitu Dewi Laksmi. Gayatri
Laksmi dilantunkan sebanyak 16 kali dan japa dilanjutkan sebanyak 108 kali.
Pemujaan ini dilksanakan di Pura Puseh.
3.
Tiga hari terakhir yaitu Rabu Kamis dan
Jumat pemujaan ditujukan kepada saktinya Dewa Brahma yaitu Dewi Saraswati.
Gayatri Saraswati dilanjutkan sebanyak 8 kali dan japa sebanyak 108 kali.
Pemujaan ini dilaksanakan di Pura Desa.
4.
Hari raya Galungan yang jatuh 10 hari setelah
hari raya Galungan merupakan puncak dari hari raya Galungan itu sendiri. Pada
hari itu pemujaan ditujukan kepada Dewi Ganesa, Dewi Durga, Dewi Lakshmi, Dewi
Saraswati, Dewa Siwa, Dewa Wisnu, Dewa Brahma, dan Ista Dewata lainnya.
Terakhir memuja Leluhur, sekaligus merayakan Kuningan (hari Sraddha) yaitu hari memperingati dan
mempersembahkan sesaji kepada leluhur. Padhasewanam atau sujud di kedua kaki
orangtua dengan tujuan meminta maaf kepada kedua orang tua karena dari sejak
dalam kandungan sampai sekarang kita dipelihara, dibesarkan, dan didik juga
dilakukan pada hari raya Kuningan.
1.6 Minggu ke-9 yaitu
pada Jumat, 25 Oktober 2103 perkuliahan di isi oleh beberapa asisten dosen
karena Bapak atau Ibu berhalangan untuk hadir. Pada hari itu membentuk kami
menjadi 3 kelompok yang kemudian diberikan materi yang harus kami bahas
kemudian dipersentasikan. Kelompok 1 mendiskusikan materi yang berjudul Mewujudkan Putra Suputra Berdasarkan Weda,
kelompok 2 memdiskusikan materi yang berjudul Agama Harus Dijalani Secara Ketat dan Lahir Hingga Ajal Tiba dan
kelompok 3 membahas materi yang berjudul Hukuman
Bagi Orang yang Meninggalkan Agama Hindu. Sedangkan penulis sendiri masuk
ke kelompok 3. Berikut adalah hasil diskusi dari kelompok3, Hukuman
Bagi Orang yang Meninggalkan Agama Hindu ada 3 yaitu:
1.
Setelah ajal tiba atman kita tidak akan ketemu jalan menuju Swarga Loka
(Bhagawad Gita III, 35)
Sejak atman kita diciptakan oleh Brahman, kita telah
beragam Hindu. Karena kita lahir berulang-ulang maka karma wasana kita sudah
puluhan ribu. Nah jika kita yang sudah memiliki karma wasana banyak pindah
agama maka karma wasana kita tidak berlaku pada agama yang lain, walaupun
dilakukan dengan disiplin sehingga atma kita nanti akan gentayangan karena
tidak tau jalan.
2. Tidak akan pernah mencapai kebahagiaan,
kesempurnaan, dan tujuan tertinggi yaitu moksa
Tercantum dalam Bhagawad Gita XVI, 23 maksud dari
mantram ini adalah agar kita jangan meninggalkan kitab suci Weda, hanya karena
menuruti napsu (kama) jika terjadi maka kita tidak akan pernah selamat.
3. Atman kita akan tenggelam ke lembah
neraka
Tercantum dalam Manawa
Dharmasatra VI.35 jika kita pindah agama, sedangkan sebelumnya sedang membayar
tiga macam hutang. Jika kita belum menyelesaikan itu maka saat kita tiada kita
akan tenggelam ke lembah neraka.
Contoh:
Saat orang tuanya meninggal, ia dilarang mendatangi
upacara kematian itu atau mendoakan orang tuanya karena jika ia melakukan itu
maka akan menghambat jalannya atman orang tuanya menuju alam leluhur dan alam
Para Dewa.
1.7 Minggu ke-10 yaitu
1 November 2013 pekuliahan diisi oleh Bapak yang menyampaikan materi dengan
berjudul Mewujudkan Putra Suputra Berdasarkan Weda. Pada saat itu Beliau
menjelaskan tentang apa saja yang perlu diperhatikan dalam mencari pasangan, dan
upacara pranatal.
1. Hal yang perlu diperhatikan dalam mencari
pasangan:
1.
Warna adalah status atau pekerjaan.
2.
Vashya adalah cinta, daya tarik dan
kasih sayang
3. Tara adalah kesehatan
4.
Yoni adalah cantik atau tampan
5.
Graha Maitri adalah intelektual dan
spiritual
6.
Guna adalah Karakter dan tabiat
7.
Bhakut adalah Kesejahteraan keluarga
8.
Nadi adalah penampilan luar yang
agamis
2. Upacara Pranatal
1. Upacara Garbhadhana
Upacara garbhadhana adalah upacara
pembuahan/penghamilan, memohon benih yang baik kepada para Dewata dan dilakukan
antara hari ke 4-16 setelah pawiwahan, 4 hari setelah hari menstruasi ata setelah
hari ke-5 sampai 12.
2. Upacara mohon Putra Suputra
Upacara ini disebut dengan “Prajapatya” yaitu
upacara memohon kepada para Dewata di Swargan untuk berkenan menurunkan putra
yang suputra.
1.8 Minggu ke-11 yaitu
pada Jumat, 15 November 2013 perkuliahan diisi oleh Bapak yang menjelaskan
tentang Agni Homa dengan judul Urutan Pelaksanaan Homa Yajna.
Berikut adalah urutannya:
1. Menyiapkan Kunda, Yoni dan Persembahan
2. Memasang kayu api pada Kunda atau tungku
3. Homa Yajna dan mantramnya
Pada
Homa Yajna dan mantramnya, kegiatan dimulai lagi dengan urutan penyucian semua
peserta atau pengelukatan, penyucian diri sendiri, penyalaan dupa, dan
penyucian alat-alat seperti sangka kala dan genta. Barulah pemujaan dimulai
dengan yang pertama dilakukan adalah puja altar, selanjutnya persembahan air,
penyalaan api, pemercikan tirta, Pranava Omkara 21 kali hingga pengucapan
mantram puja Puja Ganesha, Puja Agni, Puja 8 Dewa Penjuru Mata Angin, Gayatri
Matram, Gurur Mantram, Mantram Kesejahteraan, Menghaturkan Persembahan Panca,
dan Bhuta Yajna. Setelah itu pemercikan tirta dan persembahan dari peserta,
penyempurnaan pelaksanaan Homa, Astaka Mahalaksmi, mantram penutup, bersadhana
yang baik dan benar dan terakhir ada sujud dengan mengucapkan “Om Tat Sat”.
1.9
Minggu ke-12 yaitu pada Jumat, 30 November 2013 dan minggu ke-13 yaitu pada
Jumat, 6 Desember 2013 perkuliahan diisi oleh Bapak yang menjelaskan materi dengan enam judul besar Dharmawacana,
yaitu:
1. Patut di Renungkan dalam Hidup pada Kali Yuga
Kitab
Suci Sarasmuscaya sloka 4 menjelaskan bahwa hidup ini adalah kesempatan kita
untuk berbuat baik. Di jaman Kali ini, 75% orang tidak mengindahkan perbuatan
baik, umur manusia pendek, hendaknya kita mamfaatkan hidup dengan melakukan
perbuatan baik dan bermamfaat. Selain itu kita juga harus merenungkan 6
kelemahan kita, yaitu:
1.
Janma
Janma artinya penjelmaan kembali menjadi
manusia. Penjelmaan ini merupakan kesempatan untuk kita berbuat baik,
memperbaiki ksesalahan kita di kehidupan sebelumnya. Mengisi hidup dengan berbuat
baik dan menghindari perbuatan tidak baik inilah yang hendaknya selalu
direnungkan.
2.
Mati
Setiap mahluk hidup yang pernah
dilahirkan pasti akan mengalami kematian. Tetapi mahluk hidup sendiri tidak
tahu kapan kematiannya, untuk itu hendaknya direnungkan janganlah menunda-nunda
melakukan perbuatan baik sesuai dengan ajaran agama Hindu. Abadikanlah hidup
ini dengan meninggalkan perbuatan baik berdasarkan dharma, demi tegaknya
dharma.
3.
Umur Tua
Jika kita sudah berumur kesempatan
kita untuk berbuat baik berkurang karena kurangnya stamina. Untuk itu perlu
direnungkan, sebelum kita memasuki umur tua kita perlu berbuat baik dan
menjalankan kehidupan sesuai dengan dharma sehingga tua nanti kita tidak
menyesal telah menyia-nyiakan hidup.
4.
Sakit
Selain umur tua, sakit juga
merupakan salah satu penyebab kurangnya kesempatan kita untuk berbuat baik.
Selama kita masih sehat, gunakanlah kesempatan ini untuk selalu berbuat baik.
Jadi perlu direnungkan, bagaimana cara mengatur hidup agar kita terhindar dari
penyakit dan selalu sehat.
5.
Sedih
Saat sedih kita kadang sulit untuk
memamfaatkan kehidupan semaksimal mungkin, termasuk untuk berbuat baik.
Renungknlah bagaimana agar kita memiliki mental yang kuat sehingga tidak mudah
bersedih.
6. Dosa
Dosa merupakan hasil dari perbuatan
yang melanggar dharma, sedangkan perbuatan yang melanggar dharma adalah
perbuatan yang dapat menghantarkan kita menuju ke neraka. Perlu direnungkan
bagaimana agar kita terhindar dari dosa.
2.
Puasa Ekadasi dapat Meningkatkan
Spiritual dan Kesehatan
Ada
dua macam puasa, yaitu puasa agama dan puasa ilmiah (ratio). Puasa agama
dilakukan dengan maksud untuk menyucikan rohani agar lebih mudah memusatkan
pikiran saat mendekatkan diri kehadapan Brahman. Sedangkan puasa ilmiah
dilakukan untuk membersihkan tubuh, dengan membuang racun-racun sebagai
penyebab utama penyakit dalam tubuh. Puasa ekadasi termasuk ke dalam puasa
ilmiah karena dimaksudkan untuk memberi waktu istirahat pada alat-alat
pencernaan tubuh yang artinya untuk meningkatkan kesehatan jasmani. Puasa
ekadasi jatuh pada hari kesebelah sebelum hari purnama dan tilem. Puasa ekadasi
juga berguna untuk meningkatkan spiritual.
3.
Makanan sebagai Amanat Suci untuk
Meningkatkan Spiritual
Dalam
ajaran agama, kita harus makan secara teratur waktunya tanpa menunggu perut
harus lapar. Perut harus diisi dengan makanan separuhnya, ¼ bagian diisi air,
dan ¼ bagian lagi disisakan sebagai ruang kosong. Jenis makananpun harus
disesuaikan dengan kebutuhan tubuh. Makanan yang kita konsumsi, hendaknya dapat
meningkatkan sifat satwan, sehingga cepat dapat meningkatkan spiritual. Berikut
adalah makanan yang dapat mempengaruhi sifat kita dan dapat meningkatkan
spiritual:
1.
Makanan
Prasadam
Makanan prasadam adalah makanan
yang terlebih dahulu dipersembahkan kepada Hyang Widhi. Agar makanan yang kita
makan berupa prasadam, maka panjatkanlah doa terlebih dahulu. Mendisiplinkan
diri dengan hanya memakan prasadam, dapat menjauhkan diri dari segala dosa, dan
secara perlahan-lahan dapat menyucikan diri.
2. Makanan
Satvika, Rajasika, dan Tamasika
Sifat-sifat yang
dimiliki oleh seseorang, tidak hanya dipengaruhi oleh faktor bawaan, dan faktor
lingkungan, tetapi dapat juga dipengaruhi oleh jenis makanan yang dikonsumsi.
Dalam kitab suci Veda “Bhagawadgita”, makanan dapat diklasifikasikan menjadi
tiga jenis, yaitu :
1. Makanan
Satwika
Makanan jenis satwika adalah
makanan yang dapat menimbulkan sifat baik, seperti Susu, kacang-kacangan,
umbi-umbian (wortel, kentang, ubi, jahe kering), beras/gandum/jagung, semua
jenis buah, air dan daging kelapa muda, sayur-sayuran berdaun hijau, kol kembang, gula, madu.
2. Makanan
Rajasika
Makanan
jenis rajasika adalah makanan yang dapat menyebabkan sifat kenafsuan dan aktid.
Seperti daging putih, ikan, unggas, telor, kopi, teh, gorengan, terong, ketimun,
gula putih, makanan terlalu pedas, keras, asin, pahit, asem, manis, kering.
3. Makanan
Tamasika
Makanan jenis tamasika yaitu makanan yang dapat
menyebabkan sifat kebodohan atau kegelapan, seperti daging lembu, daging babi,
bawang, ganja, alcohol, makanan (tidak segar, setengah mentah, dimasak dua
kali).
Dari
penjelasan di atas kita tahu bahwa makanan yang baik untuk kita konsumsi adalah
makanan satwika, yaitu makanan yang meninggikan hidup, tenaga, kekuatan,
kesehatan, kebahagiaan, dan suka cita.
4. Menjaga Kesucian Diri
Di jaman Kali
ini banyak selaku orang yang tidak mengindahkan dharma, ereka hidup hanya untuk
mengejar hartaa dan kekuasaan. Jika kita tidak berhati-hati besar kemungkinan
kita ikut terjerumus bersama mereka ke lembah neraka. Agar terhindar dari hal
itu kita harus tetap menjaga kesucian diri kita. Ada beberapa cara untuk
menjaga kesucian diri kita, yaitu:
1. Mengendalikan Pikiran
Dalam kitab suci Veda “Sarasamuscaya, 79” di
jelaskan bahwa penentuan kata-kata dan tindakan pangkal sumbernya dimulai dari
pikiran. Jadi pikiran merupakan pengendali kata-kata dan tindakan. Menyucikan
pikiran dengan kebenaran dapat dilakukan dengan selalu mengontrol tri kaya parisudaha, mengontrol amarah,
kama, dan loba, latihan yoga dan meditasi.
2. Menjaga Kesucian Badan dan Atman
Untuk menjaga kesucian badan, maka badan hendaknya
harus disucikan terlebih dahulu, melalui pemilihan jenis makanan yang tergolong
satvika dan membersihkan kotoran-kotoran tubuh dengan melakukan puasa Ekadasi.
Sedangkan untuk menjaga kesucian atman, kita harus membersihkan dengan
melakukan Tapa Brata Yoga setiap hari. Hal ini tersurat dalam kitab suci
“Manawa Dharmacastra, V.109”. Tapa brata sangat penting dilakukan, karena dapat
mengendalikan gerak indria mencari kenikmatan, yang tentunya dapat menyeret
atman kepada keterikatan duniawi.
5. Kiamatnya Dunia
Di
ambil dari kitab suci “Wana Prana” alam semesta beserta isinya akan mengalami
kiamat (pralaya) setelah Kali-Yuga berakhir. Setelah Kali Yuga berakhir, Krta
Yuga datang kembali. Manakala semua alam semesta ini terserap kembali kepada
asalnya, yaitu masuk ke dalam diri penciptanya, maka gaibnya semua alam semesta
itu disebut pralaya. Maha Muni yang hidup sejak beribu-ribu abad yang lampau
memaparkan keadaan alam semesta menjelang kiamat. Beliau bercerita bahwa
umumnya manusia tidak jujur, tidak patuh lagi terhadap agama, mereka yang
menjalankan kebaikan jatuh miskin dan berumus pendek, perawakan manusia
kecil-kecil terjadi banyak bencana alam, muncul tujuh matahari, awan gelap
hujan lebat banjir hingga bumi tenggelam dan semua mahluk di bumi pun tiada.
Sewaktu bumi ini tenggelam ke dalam air, hanya satu-satunya yang masih hidup
yaitu Rshi Markandeya (Maha Muni). Saat Beliau sedang berkelana di atas air
bah, Beliau menjumpai seorang anak muda yang roman mukanya putih bersih, duduk
di atas balai-balai yang tersangkut pada dahan pohon beringin. Melalui samadhi,
Beliau mengetahui, ternyata anak uda itu berasal dari daerah Hyang Laksmi
sendiri. Insan suci itu mengetahui bahwa Rshi Markandeya butuh istirahat dan
menyuruhNya istirahat di dalam tubuhnya. Beliau pun masuk ke dalam perut insan
suci itu dan menyaksikan bermacam upacara keagamaan, orang tekun berdagang dan
bercocok tanam dan orang-orang tekun melakukan kebaikan. Ternyata alam baru itu
adalah alam Kerta Yuga, yang letaknya di alam lain.
5.
Jnana dan Dharma Kanda
Jnana
kanda adalah ajaran bhakti melalui ilmu pengetahuan, sedangkan karma kanda
adalah ajaran bhakti melalui kerja. Jalan karma kanda memerlukan sarana yang
berasal dari tumbuh-tumbuhan dan binatang yang dijadikan korban suci. Dalam
karma kanda, benda-benda duniawi tidak ada nilainya. Jika benda itu berharga,
maka orang kaya akan membuat banten dengan bahan emas atau perak. Sedangkan
kenyataannya banten dibuat dari bahan janur atau bahan yang mudah rusak, hal
itu dimaksudkan agar setiap orang mendapat kesempatan sepuas-puasnya untuk
melakukan karma. Sedangkan mereka yang memilih jalan jnana kanda tidak
memerlukan sarana lagi, sehingga tidak peduli dengan benda-benda duniawi. Dalam
semadinya, mereka tidak memerlukan bantuan para dewa lagi, melainkan
langsung memusatkan pikiran kepada Brahman. Itu sebabnya jalan jnana kanda ini
hanya mampu dilakukan oleh orang suci Maharsi dan para Yogi.
2.0
Minggu ke-14 yaitu pada Jumat, 13 Desember 2013 perkuliahan diisi oleh Bapak
yang menjelaskan materi dengan 2 judul besar yaitu:
1.
Kepemimpinan
Seorang
pemimpin baik memiliki sifat Kepemimpinan yang mengambil 8 sifat benda alam
yaitu:
1.
Bintang
Untuk
seorang pemimpin diharapkan memiliki sifat seperti bintang yaitu harus bisa
memberi petunjuk bagi anggotanya.
2.
Matahari
Seperti
matahari, seorang pemimpin diharapkan memiliki kemampuan untuk memberi energi/menyejahterakan
anggotanya.
3.
Bulan
Disaat bulan purnama,
bulan menjadi harapan. Maksudnya adalah seorang pemimpin harus m memberi
harapan bagi anggotanya.
4.
Bumi
Bumi dapat menampung apapun baik atau
buruk seorang pemimpin juga diharapkan untuk dapat menampung anggotanya apa
adanya.
5.
Angin
Seorang pemimpin harus ada diana-mana
seperti angin.
6.
Air
Air merupakan tempat kotoran juga untuk
membersihkan kotoran artinya seorang pemimpin harus mau di kritik.
7.
Api
Seperti api, seorang pemimpin diharapkan
untuk memiliki sifat yang adil memberi hadiah kepada anggota yang berprestasi
dan memberi hukuman kepada anggota yang bersalah.
8.
Ether
Ether ada dimana-mana maksudnya adalah
seorang pemimpin haru mempunyai ilmu pengetahuan yang luas.
2. Analisis Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan
Ancaman Generasi Hindu
1. Kekuatan
Jujur
dan dapat dipercaya, tidak mau dianggap tidak mampu, mempunyai budaya kerja
keras. Itu merupakan sifat generasi Hindu di jaman dahulu karena sedangkan
sekarang tidak lagi begitu. Hal itu mungkin sebabkan oleh pencemaran
lingkungan.
2. Kelemahan
Mudah
tersinggung, masih ada perasaan enggan, karena masih ada kasta, sumber agama
yaitu Weda tapi tidak pernah membaca dan memahami Weda, mempelajari Weda tidak
dianggap penting, secara kelembagaan kita miskin generasi muda tidak terbina,
gaya hidup konsumtif kelakuan lokal. Hal itu menyebabkan morak generasi muda
Hindu kurang baik.
3.
Peluang dan Ancaman
Hampir
semua faktor generasi Hindu mempunyai peluang untuk berkompetitif. Pada
beberapa sektor tertentu tidak demikian dikarenakan alasan politik dan
masyarakat Hindu yang memang kalangan minoritas. Sedangkan ancaman generasi
Hindu ada perbedaan agama menyebabkan adanya pengaruh dari agama lain,
kesenjangan ekonomi, dan narkoba.
II.
PENUTUP
2.1 Kesimpulan
Dari
seluruh materi perkuliahan yang telah
disampaikan, maka dapat disimpulkan bahwa kita, peserta didik, masih berada di
tahap brahmacari harus terus menuntut ilmu, meningkatkan pengetahuan kita. Tak
terkecuali pengetahuan di bidang agama spiritual atau dharma. Dharma akan tetap ajeg jika kita melakukannya
dengan sungguh-sungguh dan bekerja keras mempertahankannya. Selain itu, pola
hidup juga berpengaruh terhadap jasmani dan rohani kita, sehingga perlu pola
hidup yang sehat seperti menjaga pola makan dan memillih makanan yang tepat
sehingga makanan yang kita konsumsi tidak berpengaruh negatif pada perkembangan
jasmani dan rohani kita. Jika semua materi yang telah disampaikan dapat kita
pahami dan tekuni dengan baik maka kita akan mencapai kedamaian dan selalu ada
dalam perlindungan Hyang Widhi.
2.2 Saran
Adapun
saran penulis untuk materi perkuliahan adalah sebaiknya materi perkuliahan
diberikan kepada mahasiswa setelah materi disampaikan oleh dosen, pada hari itu
juga sehingga mahasiswa dapat mempelajari kembali materi di rumah. Atau lebih
baik lagi adalah materi perkuliahan diberikan kepada mahasiswa sebelum dosen
menyampaikan di depan kelas, sehingga sedikit banyak mahasiswa telah mengerti
materi yang akan disampaikan nantinya. Melalui materi ini, hendaknya kita
sebagai generasi muda dapat meningkatkan pengetahuan spiritual dan tetap
mempertahankan Hindu sebagai agama yang kita anut.
DAFTAR
PUSTAKA
Maharta,
Nengah dan Ni Wayan Seruni. 2013. Mewujudkan
Putra Suputra dan Keluarga Sukinah. Bandar Lampung: PARISADA HINDU DHARMA
INDONESIA PROVINSI LAMPUNG.
Maharta,
Nengah dan Ni Wayan Seruni. 2011. Kumpulan
Naskah Dharmawacana. Bandar Lampung: Prima.
osa,
BalasHapusizin share ya dek.. :)