Senin, 07 April 2014

Tips Mencari Beasiswa S-2

Mencari beasiswa S2 bisa dikatakan hal yang susah-susah gampang. Banyak yang 1-2x mencoba langsung dapat, tetapi ada juga yang setelah 2 tahun mencari baru mendapatkannya seperti saya. Melanjutkan kuliah S2 sendiri menjadi pilihan masing-masing orang, ada yang berpendapat penting ada juga yang merasa tidak perlu. Saya sendiri sudah lama berkeinginan untuk melanjutkan kuliah S2 ke luar negeri untuk mendapatkan wawasan dan perspektif baru.
Dalam perjalanan saya mencari beasiswa S2 ke luar negeri, ada beberapa tips sederhana yang ingin saya share:

1. Persistensi

Mungkin kata ini merupakan sebuah kata yang klise dan paling banyak disebutkan oleh semua penerima beasiswa. As cliche as it sounds, this is the most important keyword.
Ya. Persistensi adalah kunci dari keberhasilan mencari beasiswa S2.
Sudah tidak terhitung banyaknya kegagalan yang saya alami dalam mendaftar beasiswa S2. Apakah saya sempat putus asa? tentu saja. Kita semua adalah manusia biasa yang sudah sewajarnya merasa down ketika menerima kegagalan / penolakan. Terima rasa kecewa itu dan anda juga boleh untuk merasa sedih, akan tetapi tanamkan rasa kecewa itu dalam diri anda sebagai cambuk untuk lebih semangat lagi dalam mencari beasiswa.
Ada sebuah ungkapan dari Confucius yang mungkin bisa anda ingat setiap kali anda merasa gagal dalam mencari beasiswa S2 :
“Our greatest glory is not in never falling, but in rising every time we fall.” – Confucius

2. Fokus dan luangkan waktu

Pertama kali saya ingin mencari beasiswa adalah di tahun 2011, ketika itu saya memutuskan untuk meninggalkan karir saya di sebuah perusahaan multinational untuk fokus dalam semua urusan yang berkaitan dengan proses mencari beasiswa S2.
Dalam waktu 3-4 bulan setelah saya resign ada beberapa hal yang saya lakukan untuk mencari beasiswa S2, antara lain:
  • Mencari universitas dengan jurusan yang saya minati. Pastikan anda punya jaringan internet di rumah untuk memudahkan proses ini.
  • Bolak-balik ke kampus untuk meminta legalisir fotocopy ijazah dan transkrip (kebetulan almamater ada di Bandung, sehingga cukup memakan waktu untuk mengurus ini).
  • Mengurus translasi semua dokumen yang dibutuhkan (ijazah, transkrip nilai, akte lahir, dll) ke dalam bahasa Inggris
  • Meminta surat rekomendasi dari mantan atasan dan dosen di kampus. Biasanya dari kampus tujuan meminta 2-3 surat rekomendasi. Saran saya lebih baik anda menyiapkan 2 buah dari tempat kerja dan 2 buah dari dosen.
  • Tes kemampuan bahasa Inggris, dalam hal ini saya mengambil IELTS karena banyak negara tujuan saya lebih membutuhkan IELTS ketimbang TOEFL.
  • Bagi yang membutuhkan, segera lakukan kursus GRE / GMAT dan ikuti tes-nya. Saya pribadi mencari jurusan dan universitas bagus tetapi yang tidak membutuhkan GRE / GMAT untuk memudahkan saya mendapatkan LoA.
  • Apply universitas yang dituju. Biasanya proses ini melibatkan pengisian data pribadi, pembuatan motivational letter / essay dan pengiriman dokumen.
  • Setelah mendapatkan LoA, apply beasiswa dari organisasi-organisasi yang menawarkannya. Terkadang kita bisa juga apply scholarship dari universitas tujuan (meskipun kesempatannya sedikit dan biasanya tidak full scholarship).
Dari tahap-tahap di atas, bisa dilihat bahwa strategi saya (poin penting!) adalah apply sebanyak-banyaknya universitas yang diminati baru anda mencari beasiswanya. Apabila anda sudah mendapatkan Letter of Acceptance (LoA) dari beragam universitas dari berbagai negara, anda akan lebih fleksibel dalam mencari beasiswa.
Sebagai gambaran saja, dalam 2 tahun ini saya mempunyai sekitar 9 LoA dari universitas-universitas di negara Inggris, Australia dan Belanda (karena 3 negara tersebut yang saya tuju).

3. Aktif mencari beasiswa S2

Kesempatan beasiswa itu sangatlah banyak, yang perlu kita lakukan hanyalah aktif dalam mencari kesempatan tersebut. Berikut ini adalah beberapa beasiswa S2 yang pernah saya apply dalam kurun waktu 2 tahun:
Australia
  • Australian Development Scholarship (ADS)
  • Endeavor Scholarship
Belanda
  • Orange Tulip Scholarship (OTS)
  • StuNed Scholarship
Inggris
  • Chevening Scholarship
Amerika
  • Fulbright Scholarship
General (campuran untuk beberapa negara tujuan)
  • Beasiswa Depkominfo (Inggris, Belanda, Australia, Jepang, Korea)
  • Beasiswa LPDP (negara tujuan bebas, asalkan punya reputable university)

4. Open-minded

Last but not least, kita harus berpikiran terbuka terhadap segala sesuatu yang terjadi dalam tahap pencarian beasiswa. Almarhum Steve Jobs pernah mengungkapkan istilah ‘connecting the dots dalam salah satu pidato-nya yang terkenal.
Ungkapan tersebut benar-benar mengena dalam 2 tahun proses saya mencari beasiswa S2 ini, karena apabila saya merunut balik semua kejadian pada proses pencarian beasiswa yang saya alami, saya semakin percaya bahwa setiap manusia sudah ada jalan terbaik yang ditentukan oleh Tuhan.
Yakinlah ada banyak hikmah positif dari setiap penolakan beasiswa yang kita terima, karena Tuhan pasti akan memberikan yang kita butuhkan dan bukan yang kita inginkan. Yang perlu kita lakukan hanyalah berusaha sekuat tenaga, and leave it to God.
Happy scholarship hunting!


Tidak ada komentar:

Posting Komentar